HIDUPKATOLIK.COM – DI era digital ini, Gereja tidak bisa menutup mata terhadap perkembangan teknologi, terutama di bidang komunikasi. Hal ini disadari betul oleh Uskup Amboina Mgr. Seno Ngutra yang memanfaatkan media sosial sebagai sarana pewartaan. Lewat berbagai platform digital, ia tidak hanya menyapa umatnya tetapi juga membangun kesadaran akan kemandirian Gereja Lokal.
“Pastoral itu harus berpikir secara global, tetapi selalu ada aksi nyata agar semua umat merasakan,” ujar Mgr. Seno dalam salah satu wawancara. Tantangan geografis Kepulauan Maluku yang luas bukan menjadi penghalang baginya untuk menjangkau umat. Justru, dengan teknologi, jarak bukan lagi menjadi kendala, tetapi jembatan untuk menyatukan seluruh komunitas Katolik di Keuskupan Amboina.
Pewartaan Online
Salah satu fokus utama Mgr. Seno adalah mendorong kemandirian Gereja Lokal. Baginya, kemandirian ini tidak hanya soal ekonomi atau administrasi, tetapi juga dalam pendalaman hidup rohani. “Gereja yang mandiri adalah Gereja yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, baik secara material maupun spiritual,” tegasnya.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, ia memastikan bahwa setiap paroki, termasuk yang berada di daerah terpencil, memiliki perlengkapan liturgi yang memadai. Misalnya. ia mendistribusikan ribuan tabernakel, buku liturgi, dan perlengkapan Misa ke paroki-paroki di pelosok Kepulauan Maluku. “Ini bukan sekadar benda, tetapi simbol dari kehadiran nyata Kristus di tengah umat,” katanya.
Untuk mewujudkan hal ini, Mgr. Seno menggandeng banyak donatur yang ingin membantu Gereja tetapi tidak tahu caranya. Ia menginisiasi tradisi agar setiap kali ada bantuan diterima, para imam di paroki penerima wajib membuat video ucapan terima kasih. Lagi-lagi pemanfaatan teknologi untuk menyapa para donatur sebagai ungkapan terima kasih.
Meskipun ini tindakan sederhana, para donatur sangat senang karena merasa dihargai. “Dengan begitu, para donatur merasa dihargai dan lebih terdorong untuk terus membantu Gereja,” jelasnya. Inisiatif pemanfaatan teknologi ini terbukti efektif, membuat banyak umat semakin tergerak untuk berbagi.
Sejak lama, Mgr. Seno menyadari potensi besar media sosial dalam pewartaan iman. Ia merujuk pada ajaran St. Yohanes Paulus II tentang pembaruan Gereja atau yang dikenal dengan istilah Ecclesia Semper Reformanda Est — Gereja harus selalu diperbarui. Menurutnya, keterbukaan terhadap perkembangan teknologi adalah bagian dari reformasi tersebut.
“Media sosial memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Bisa menjadi sesuatu yang negatif, tetapi juga bisa menjadi sarana pewartaan yang luar biasa,” ujar Mgr. Seno. Ia sudah terbiasa menggunakan teknologi dalam pelayanannya, bahkan sejak masih menjadi imam. Tahun 2011, ia sudah aktif mewartakan iman melalui email, kemudian melalui Blackberry Messenger (BBM), hingga kini menggunakan berbagai platform digital seperti Facebook, Instagram, YouTube, WhatsApp, dan bahkan TikTok.
Setiap pagi, ia secara konsisten membagikan renungan harian yang dikenal dengan nama “Embun Rohani Pagi,” sementara pada malam hari ia memberikan “Berkat Malam” dalam bentuk video yang menarik. Kehadirannya di dunia maya bukan sekadar formalitas, tetapi benar-benar ditunggu-tunggu oleh banyak umat yang haus akan pembinaan iman.
Bahkan, dalam beberapa minggu terakhir, ia mulai melakukan sesi live di TikTok untuk memberikan pengajaran iman dan katekese. “Saya ingin menjangkau semua orang, terutama kaum muda yang lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia digital. Jika kita tidak masuk ke sana, kita kehilangan kesempatan untuk mewartakan kabar gembira,” katanya.
Gereja yang Selalu Hadir
Keunikan Mgr. Seno tidak hanya pada cara ia mewartakan iman secara digital, tetapi juga bagaimana ia membangun relasi yang erat dengan umatnya. Umat merasa bahwa kehadiran seorang uskup tidak lagi eksklusif atau berjarak, tetapi dekat dan selalu bisa diakses.
Pemilihannya sebagai Uskup Amboina pun dilakukan secara daring melalui Zoom — sesuatu yang jarang terjadi. Seolah menjadi pertanda bahwa pelayanan digital akan menjadi bagian penting dalam masa kepemimpinannya. Kini, dengan memanfaatkan media online, ia tidak hanya melanjutkan tradisi Gereja dalam pewartaan tetapi juga membuka lembaran baru dalam evangelisasi digital.
Tidak heran bila banyak orang kini mengenalnya sebagai “Uskup Online,” bukan hanya karena ia aktif di media sosial, tetapi karena melalui platform tersebut, ia benar-benar membawa pesan Kristus lebih dekat ke hati umatnya. Seperti yang ia katakan, “Selama ada teknologi, selama ada internet, selama ada sarana, maka pewartaan harus terus berjalan — karena firman Tuhan harus sampai ke ujung bumi.”
Yustinus Hendro Wuarmanuk
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.14, Tahun Ke-79, Minggu, 6 April 2025