Gandeng Universitas Halu Oleo dan Asosiasi Tradisi Lisan, SAV Puskat Luncurkan Film Layar Lebar

85
Scene film "Mengejar Embun ke Eropa"
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – SETELAH meluncurkan Soegija pada 2009, Studio Audio Visual Puskat Yogyakarta kembali meluncurkan film layar lebar berjudul “Mengejar Embun ke Eropa”. Kali ini Puskat menggandeng Universitas Halu Oleo Kendari dan Asosiasi Tradisi Lisan Film bergenre drama ini akan muncul di bioskop pada 15 Desember mendatang.

Naskah “Mengejar Embun ke Eropa” ditulis oleh Haryo Sentanu Murti, N Riantiarno. Seperti dilansir www.21cineplex.com, film yang dibintangi oleh Rizky Hanggono, Putri Ayudya, Roberta Zalzano, Irma Magara berkisah tentang anak-anak Pulau Muna yang tinggal di daerah krisis air, mengawali kehidupannya dengan mandi embun sebelum pergi ke sekolah.

Puro adalah salah satu anak laki-laki Muna yang masa kecilnya hanya bisa mandi kalau ada air embun. Demikian juga Ani anak perempuan Muna yang juga mengalami mandi embun. Mereka berlarian di antara tanaman singkong untuk mendapatkan embun pagi. Mereka adalah anak-anak para peladang yang hidupnya sederhana.

Saat dewasa, dalam suatu acara tarian adat perayaan syukuran mereka bertemu. Cinta mereka akhirnya berpadu dalam sebuah pernikahan. Sebuah keluarga yang harmonis penuh kemesraan.

Nasib mengantarkan Puro menuju Eropa. Di Roma, Vatikan, Padua, Napoly, Pompeii, dan Leiden, selain menemukan kekayaan budaya yang indah, Ir.Puro, M.S juga bertemu Roberta gadis Belanda yang cantik. Namun Ir.Puro,M.S tetap menjaga kesetiaan pada Dra. Ani istrinya yang tinggal di Kendari.

Sepulang dari Eropa, Ir Puro, M.S bekerja di Universitas Delapan Penjuru Angin (UDPA) Kendari. Namun, usaha memperbaiki etos kerja para dosen dan memberantas manipulasi nilai berujung pada pencopotan jabatan Kepala Jurusan Sosial Ekonomi. Walau begitu, loyalitas dan dedikasi Ir.Puro, M.S kepada UDPA dan atasan tidak pernah surut.

Tanggung jawab Prof. Dr.Ir. Puro, M.S menjadi semakin berat ketika jabatan rektor dipikulnya. Kampus ini sempat menonjol sebagai kampus tukang demo. Perlawanan terhadap premanisme di kampus akhirnya dilakukan dengan melibatkan seluruh potensi kampus serta membangun jaringan dengan pihak luar.

Pada akhirnya, perubahan demi perubahan terjadi, dan kesuksesan SDM di Kampus UDPA mengingatkan kembali pada kebiasaan mandi dengan cara mengejar embun di dedaunan pagi hari.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here