Renungan Minggu, 12 Maret 2017 : Tabor dan Labor

240
[dwellingintheword.wordpress.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com - Minggu Prapaskah II: Kej 12:1-4a; Mzm 33:4-5,18-19,20,22; 2Tim 1:8b-10; Mat 17:1-9

MELIHAT Yesus bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya putih bersinar serta menyaksikan Musa dan Elia berbicara dengan Yesus, Petrus dan kawan-kawan merasa sangat bahagia. Mereka ingin menikmati sepuas-puasnya pemandangan dan pengalaman itu. Mereka mau Tuhan tetap bersama Musa dan Elia, dan Petrus dan kawan-kawan mau membangun tiga pondok. Tapi rasa bahagia mereka di Tabor diakhiri Allah yang berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Yesus pun membawa mereka turun, bahkan melarang mereka bercerita tentang pengalaman itu sebelum Dia bangkit! Kenapa demikian? Ada apa dengan Tabor?

Pengalaman Tabor dikerjakan Tuhan dan membahagiakan ketiga rasul. Yesus ditampilkan sebagai kepenuhan hukum yang dipresentasikan Musa dan kepenuhan nubuat yang diemban Nabi Elia dengan setia. Yesuslah kepenuhan, Yesus adalah Putra Allah, yang berkenan kepada-Nya. Yang mau menjalankan hukum Allah, mau menikmati nubuat, mesti mendengarkan Yesus. Dengan Yesuslah ada Tabor, bukan bukit itu, bukan saat di bukit itu, bukan di konteks dan kondisi bahagia itu.

Tabor menjadi pengalaman luar biasa, tapi bukan segalanya, bukan puncak dan tujuan akhir bagi Yesus dan para rasul, untuk kita. Tabor hanya penunjuk dan pra rasa dari kebahagiaan dan kesejahteraan. Identitas diri-Nya sebagai pemenuhan hukum dan nubuat diwujudkan di dataran kehidupan. Penghayatan sepenuhnya jati diri sebagai Putra Allah yang berkenan kepada-Nya dinyatakan dengan pengorbanan, derita, dan wafat-Nya. Pondok untuk Yesus adalah manusia, dunia, salib Kalvari, dan makam.

Dari sana Ia bangkit dan masuk ke rumah Bapa, Tabor sempurna dan sejati, untuk kita. Dengan salib, wafat, dan kebangkitan itulah Yesus menjadi keselamatan, menjadi berkat bagi dunia.

Abraham mengikuti panggilan Allah dan penugasan-Nya. Untuk itu dia meninggalkan negerinya, sanak saudara, dan rumah bapanya. Ia pergi ke negeri yang ditunjukkan Tuhan. Cakupan dan makna tugas panggilan Abraham adalah menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, bagi dunia. Untuk itu dia meninggalkan segala. Berkat itulah yang menjelma dalam Yesus Kristus, keturunannya.

Paulus menegaskan kepada Timotius bahwa Allah memanggil kita kepada kekudusan, menerima keselamatan. Menderita karena menerima Kabar Gembira itu, Yesus Kristus sendiri adalah bagian dari panggilan itu. Mendengarkan Yesus dan mengikuti Dia, hidup, sukacita dan kepenuhan karena Kristus telah mematahkan kuasa maut.

Di Tabor, Yesus diperkenalkan Allah sebagai kepenuhan dan kesempurnaan hukum dan kepenuhan nubuat, janji keselamatan, turun ke Yerusalem. Dia turun dan berada di kancah kehidupan manusia dan di sana Ia mengemban panggilan dan tugas-Nya sebagai Juru Selamat, menjadi jalan kebenaran dan kehidupan.

Kita dipanggil Tuhan untuk menerima hidup-Nya dan diikutsertakan dalam karya penyelamatan-Nya, kita sekaligus dan pada saat yang sama adalah alat rahmat dan saluran berkat-Nya bagi orang lain: rahmat, kehormatan, martabat luhur. Kita menghayati dan mewujudkan dengan bekerja dan hidup dalam realitas kehidupan. Kita diutus Tuhan mewartakan Kabar Gembira keselamatan, penebusan, pembebasan, kerajaan kasih dan kebenaran.

Tabor dalam hidup kita meyakinkan dan menyemangati serta meresapkan lebih dalam keyakinan itu, tapi juga mendorong dan menguatkan untuk turun ke dalam kehidupan. Ada Tabor dalam Injil, tapi tidak sepi dari derita, beban, kerja keras, ada labor. Kita meninggalkan zona aman, sentimentalisme atau formalitas menuju ke peziarahan
dan perjalanan menjadi orang dan bangsa Tuhan sendiri. Tabor dan labor merupakan pengalaman akan Allah, kesalehan dan jalan salib, serta pengurbanan dan kesaksian. Di dalam dan bersama Kristus kita melihat dan menghayati dengan jelas kebenaran tentang diri kita sebagai orangnya Tuhan: ditebus, dipanggil ke tanah terjanji, dipanggil dan diberi daya oleh Roh Kudus untuk menjadi baru dan membarui kehidupan.

Dia memberi makna dan membuahi persembahan, pekerjaan, pengurbanan, jerih payah kita, derita dan salib, kematian kita kepada kepenuhan hidup, kebangkitan. Dialah Putra Allah yang berkenan kepada-Nya, kita mendengar dan mengikuti Dia, di Tabor dan labor kehidupan, seperti dilakukan Abraham, Musa dan Elia, Paulus dan Timotius.

Mgr Martinus Dogma

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here