Semangat Martir, Fondasi Gereja Jepang

718
Paus Fransiskus memberikan cendera mata kepada salah satu Uskup dari Jepang, saat pertemuan di Vatikan.
[L’Osservatore Romano]
4.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Gereja Katolik Jepang mengalami tantangan ”penuaan”. Paus Fransiskus melalui Kardinal Filoni mengingatkan umat Jepang, bahwa mereka berdiri di atas darah para martir.

KARDINAL Fernando Filoni, Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa mengunjungi Jepang selama satu pekan, 17-26/9. Ia akan mengunjungi beberapa kota, seminari, dan komunitas Katolik di Negeri Matahari Terbit itu. Dua agenda penting Kardinal Filoni adalah bertemu Konferensi Para Uskup Jepang di Nagasaki dan memimpin doa untuk perdamaian di Peace Memorial Hirosima; tempat di mana bom atom dalam Perang Dunia II dijatuhkan.

Kardinal Filoni juga mengunjungi Sendai yang dilanda tsunami di mana Caritas Jepang berkarya membangun kembali wilayah itu. Mgr Tarcisio Isao Kikuchi SVD, Uskup Niigata menyambut gembira kedatangan Kardinal Filoni. “Kami berharap kehadirannya akan menjadi dorongan bagi komunitas Katolik Jepang, melihat realitas Gereja di Jepang dan juga masyarakat Jepang,” ungkap Presiden Caritas Jepang ini.

Pertemuan sang kardinal dengan para seminaris Jepang disebut Mgr Kikuchi sangat penting dalam mendorong para seminaris di jalan panggilan mereka. Jepang, katanya, mengalami penurunan panggilan imamat. “Kami mengalami penuaan. Hal ini membuat Gereja lebih sulit untuk dijalankan.” Fenomena ini memiliki akar sosiologis dan antropologis, serta mencerminkan apa yang terjadi dalam masyarakat Jepang, di mana ruang untuk praktik keagamaan semakin menyempit dalam hingar-bingar gaya hidup zaman ini. Maka, kunjungan Kardinal Filoni dimaknai oleh Mgr Kikuchi sebagai cahaya di tengah tantangan Gereja Jepang.

Paus Fransiskus rupanya mahfum dengan tantangan Gereja Jepang. Lewat Kardinal Filoni, ia menitipkan surat kepada para Uskup Jepang. Paus mengangkat kenangan akan banyak martir dan “orang Kristen tersembunyi” yang pada abad 17 sampai pertengahan abad ke 19 hidup secara sembunyi-sembunyi karena represi pemerintah Jepang bagi pengikut Kristus saat itu.

Paus Fransiskus menyebut tantangan seperti tingkat perceraian dan kasus bunuh diri yang tinggi, fenomena “hikikomori” -orang-orang yang memilih untuk hidup sepenuhnya terputus dari masyarakat- adalah realita yang harus dihadapi Gereja Jepang. Seperti negara adikuasa ekonomi lainnya, Jepang cenderung mengalami formalisme religius dan spiritual, bahkan ketidakpedulian terhadap agama.

Paus meminta umat untuk tidak mengundurkan diri dari tantangan yang dihadapi tetapi bercermin pada fondasi Gereja yang adalah darah para martir. Dalam konteks khusus ini, Paus menunjukan kemendesakan agar Gereja di Jepang terus diperbarui dengan mengingat misi Yesus yang adalah garam dan terang. “Darah para martir dan para pengaku iman adalah aset besar untuk dijaga dan dikembangkan dalam evangelisasi,” tulis Paus seperti dilansir news.va, 17/9.

Dalam edisi terbaru statistik Gereja Katolik; umat Katolik Jepang berkisar 544.000 orang dari 126.958.000 populasi Jepang. Ada 16 wilayah gerejawi yang terdiri tiga keuskupan agung metropolitan dan 13 keuskupan, serta 870 paroki.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here