Sahabat Perjalanan Imamat

366
Perwakilan Redaksi Teman Seperjalanan (paling kiri) menerima piala dan sertifikat HIDUP Awards 2017.
[HIDUP/F.X. Decky]
2.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Awalnya sebagai sarana belajar menyalurkan ide, Teman Seperjalanan kini semakin luas menjadi sahabat ziarah umat beriman.

Di era digital, budaya membaca-menulis terpinggirkan oleh perkembangan media sosial dan berbagai kemajuan teknologi audio visual. Situasi tersebut menjadi tantangan bagi kelangsungan majalah-majalah yang dikelola Paroki, maupun lembaga Gereja Katolik lainnya. Agar dapat bertahan, beragam majalah ini tidak lagi hanya menampung tulisan, melainkan juga membarui tampilan. Isi menjadi semakin inspiratif, inovatif, dan kreatif. Harapannya, melalui pembaruan tersebut majalah sungguh menjadi sarana kesaksian dan pewartaan iman bagi umat Katolik.

Pada masa awal menerbitkan Majalah Teman Seperjalanan, ada tegangan dalam menetapkan orientasi majalah yang diproduksi Seminari Tinggi St Yohanes Paulus II Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) ini. Pada waktu itu muncul pertanyaan, apakah produksi hanya akan melibatkan pihak internal atau juga pihak luar.

Tegangan terselesaikan dengan melibatkan pihak luar untuk mengisi tulisan yang akan dimuat. Dengan demikian, majalah ini diharap mampu menjadi “teman seperjalanan” bagi semua umat beriman.

Menulis dan Formasi
Di seminari tinggi tempat pendidikan imam-imam Keuskupan Agung Jakarta ini, menulis merupakan kebiasaan penting, yang tak dapat dilepas dari proses pembinaan calon imam. Melalui tulisan, para calon imam diajak mengungkapkan gagasan maupun refleksi atas pengalaman hidupnya. Agar tulisan tidak sekadar menjadi kumpulan kata-kata, maka mesti dibagikan agar dapat menginspirasi para pembaca.

Di sinilah Majalah Teman Seperjalanan menjadi wadah bagi para frater untuk membagikan gagasan dan mewartakan kegembiraan yang dialaminya dalam panggilan. Terbit setiap tiga bulan sekali, Teman Seperjalanan menyasar terutama pembaca dari kalangan orang muda Katolik, selain itu tentu juga seluruh umat di Keuskupan Agung Jakarta.

Terbit pertama kali Februari 2006, tahun ini, Teman Seperjalanan sudah berumur 12 tahun. Masih sangat muda untuk sebuah majalah. Meski demikian, Teman Seperjalanan berhasil menggondol salah satu “hadiah” HIDUP Awards 2017 untuk kategori Renungan Rohani Terbaik. Majalah ini juga masuk nominasi untuk Tata Letak Terbaik serta kategori “Best of the Best”.

Belajar dari Sejarah
Majalah Teman Seperjalanan tidak dapat dilepaskan dari Majalah Mitra, yang digagas para imam diosesan KAJ pada awal tahun 2000-an. Sebagai majalah internal imam-imam diosesan KAJ, Mitra pun melibatkan para frater dan umat KAJ. Hal ini sesuai dengan semboyan “Bersama Melayani Sebagai Saudara”. Mitra menghadapi tantangan berupa konsistensi penerbitan, sehingga mengalami “tidur panjang”.

Setelah “bangun”, Mitra kemudian menjadi cikal bakal Majalah Teman Seperjalanan. Berawal dari sarana latihan menulis para frater, Teman Seperjalanan pun berkembang menjadi sarana animasi panggilan calon imam diosesan KAJ. Nama “Teman Seperjalan” merupakan kesepakatan bersama para perintis majalah yang kini telah menjadi imam, seperti Romo Antonius Baur, Romo Rafael Kristianto, dan Romo Albertus Yogo. Nama itu dipilih agar para frater dan imam diosesan KAJ berjalan bersama umat beriman dalam pengalaman iman yang saling menguatkan. Logo awal yang dirancang Romo Rafael pun berupa gambar imam bersama dua umat dan tulisan Teman Seperjalanan. Logo ini menyerupai kunci yang menjadi kunci semangat dan teman seperjalanan bagi sesama.

Sejalan dengan semangat Gereja yang senantiasa membarui diri (ecclesia semper reformanda), redaksi Teman Seperjalan berupaya menanggapi perubahan zaman. Ukuran majalah, isi, tata letak, bahkan logo diubah agar majalah tampak lebih modern, dinamis, dan indah. Dari segi fisik dan visual, Majalah Teman Seperjalanan hadir dengan tata letak berwarna dengan ilustasi yang menarik. Usia sepuluh tahun majalah (2015) pun ditandai dengan perubahan logo yang didesain Fr Andreas Subekti. Wajah baru ini ingin semakin menyingkapkan makna “teman seperjalanan”.

Teman Seperjalan tidak hanya untuk Seminari Tinggi St Yohanes Paulus II, melainkan juga bagi umat KAJ dan Gereja Katolik Indonesia. Majalah ini mengenalkan tentang imam diosesan KAJ dan tahap-tahap formasi maupun refleksi panggilannya. Selain itu, diharapkan majalah ini menjadi sarana interaksi para frater diosesan KAJ dengan rekan-rekan sepanggilan dari berbagai keuskupan dan tarekat. Seturut dengan semangat sentire cum ecclesia, Teman Seperjalanan juga memperkenalkan kepada umat tentang gerak Keuskupan Agung Jakarta.

Di balik Majalah Teman Seperjalanan terdapat tim redaksi yang terdiri dari para frater filosofan tingkat I dan II. Dengan berbagai latar belakang dan kemampuannya, para frater menyadari bahwa redaksi ini tidak dapat disamakan dengan kaum profesional dalam hal jurnalistik. Oleh karena itu, para frater mempunyai semangat belajar bersama dalam menerbitkan majalah.

Setiap edisi, Teman Seperjalanan dimaknai sebagai buah dari proses panjang, mulai dari pengumpulan naskah sampai penerbitan. Melalui proses kreatif yang dijalani bersama, para frater diajak pandai membagi waktu dan bertanggung jawab. Maklum, para frater memiliki tanggung jawab studi di STF Driyarkara Jakarta, maupun berbagai kegiatan komunitas. Dengan keterlibatannya dalam redaksi, para frater menumbuhkan semangat rela berkorban dan tanggung jawab, sebagai latihan untuk menghadapi tuntutan kota megapolitan Jakarta kelak sebagai imam.

Masa Depan
Melalui apresiasi maupun kritik serta masukan, Teman Seperjalanan terus menatap berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk bertransformasi menjadi lebih baik. Sampai saat ini, Teman Seperjalanan dibagikan kepada paroki-paroki KAJ, seminari-seminari regio Jawa, komunitas kategorial, komunitas studi para biarawan di Jakarta, maupun pastoral mahasiswa.

Dalam rangka semakin menjangkau para pembaca, terutama kaum muda, majalah pun mulai diterbitkan secara digital melalui berbagai media sosial maupun laman KAJ. Harapannya, dengan membaca Teman Seperjalan, banyak kaum muda semakin mengenal Gereja Keuskupan Agung Jakarta. Harapannya mereka akan terinspirasi dalam iman dan terpanggil menjadi calon imam diosesan KAJ.

Akhirnya, sebuah gagasan sederhana untuk menjadi sarana belajar menulis, telah membawa para frater diosesan KAJ untuk berjalan bersama sebagai teman seperjalanan bagi para pembaca. Tulisan-tulisan sederhana itu rupanya menjadi hal yang istimewa dan tidak sekadar informatif, tetapi inspiratif serta meneguhkan. Para pembaca tidak pernah merasa sendirian karena mereka selalu memiliki teman seperjalanan dalam menjalani kehidupan ini.

Fr Yuddha Adrian V./Fr Carolus Budhi P.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here