Konsolidasi Partisipatif Kaum Awam

361
Adrianus Eliasta Meliala.
[HIDUP/Yusti H. Wuarmanuk]
1/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pesparani adalah gawai seluruh umat beriman. Pesta ini bukan semata-mata ajang kompetitif tetapi sarana menyatukan iman umat demi satu tujuan.

Dokumen Magisterium Gereja yang dapat dipakai sebagai dasar komunitas awam adalah nasihat Apostolik, Christifideles Laici (CL). Surat ini dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II tentang panggilan dan misi kaum awam. Bapa Suci mengajarkan bahwa dasar tugas panggilan dan misi kaum awam adalah persekutuan dengan Kristus (CL 8). Misteri persekutuan dengan Kristus inilah yang menyatakan martabat panggilan dan misi kaum awam. “Maka pelaksanaan tugas panggilan kaum awam pada dasarnya merupakan partisipasi kaum awam dalam ketiga misi Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja” (CL 14).

Paus mengajarkan, bahwa persekutuan dengan Kristus diperoleh di dalam Sabda, Sakramen-Sakramen, terutama lewat Ekaristi yang didalamnya lahir aneka ungkapan iman salah satunya lagu dan Musik Liturgi. Sebagai satu persekutuan yang melibatkan Kristus, maka peran awam sangat dibutuhkan untuk menghidupi lagu dan Musik Liturgi.

Gereja Indonesia mengakui bahwa ada aneka ungkapan iman yang lahir dari budaya yang bisa menghidupi Musik Liturgi, seperti lewat Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani), yang akan diadakan di Provinsi Maluku akhir 2018 nanti. Diharapkan lewat Pesparani, lahir kaum awam yang benar-benar unggul dalam iman, merasa terpanggil untuk ambil bagian sebagai warga negara yang baik dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi masyarakat.

Terkait Pesparani ini, HIDUP mewawancari Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Padua Suara Gerejani Katolik Nasional (LP3KN), Adrianus Eliasta Meliala di Hotel Courtyard Marriott Bali, awal Maret 2018 lalu. Berikut cuplikan hasil wawancaranya:

Banyak orang merasa Pesparani adalah ajang kompetitif antar keuskupan. Bagaimana pandangan Anda?

Memang benar anggapan itu di tengah umat. Tetapi saya mau tegaskan bahwa Pesparani bukan pertama-tama soal festival lagu gereja dan kompetisi antar keuskupan atau provinsi Gerejawi. Pesparani pertama-tama adalah sarana pemersatu seluruh umat dari berbagai budaya, latar belakang pendidikan, suku, bahasa, dan sebagainya. Pesparani itu mengedepankan musik dan lagu Liturgi dalam Ekaristi yang punya perananan sangat besar sebagai sarana pemersatu, yang menumbuhkan relasi umat terhadap sesama dalam membangun solidaritas. Jadi Pesparani jangan dilihat sebagai ajang mencari juara. Pikiran itu sangat sempit sebab Pesparani utamanya adalah event pemersatu seluruh umat.

Kalau begitu, mengapa mendesak untuk pergelaran Pesparani saat ini?

Pesparani itu soal aktualisasi dan revitalisasi harta karun Gereja dalam hal ini Musik Gereja berupa lagu-lagu gereja khususnya lagu-lagu Gregorian. Sebab dalam pengalaman, anak era millenial tidak suka dengan lagu-lagu lambat yang harus dibaca dalam kacamatan imani. Mereka lebih suka lagu-lagu yang berdentum, cenggeng, mendayu, dan melow.
Maka lewat Pesparani, kita melestarikan lagu-lagu gereja ini.

Apakah tepat bisa dikatakan lewat Pesparani, eksistensi Gereja semakin nyata?

Gereja Katolik memang cenderung konservatif dan tradisional karena memang kita kuat dari segi itu. Tetapi kita juga harus menyadari, bahwa kita membutuhkan brand atau label yang bisa membuat kita lebih aktual. Tentu bila berbicara soal eksistensi, Gereja Katolik tak diragukan lagi. Dalam setiap lini kehidupan bermasyarakat, eksistensi orang Katolik itu patut diacungi jempol. Dimana-mana banyak orang Katolik yang jujur, bersih, bertanggungjawab, dan sebagainya. Pokoknya tidak diragukan lagi sehingga umat lain pun segan sama orang-orang Katolik.

Saya menangkap ada sesuatu yang lain, yang bisa membuat kita lebih aktual sebagai elemen masyarakat. Nah kelihatannya lewat musik, lagu, dan nada. Ini semacam bahasa universal yang bisa menyatukan semua orang Katolik dengan berbagai latarbelakang. Bahasa ini membuat semua orang mudah diterima dan merasa punya iman yang sama. Lagi-lagi ada banyak hal tetapi salah satunya adalah lewat musik, lagu, dan nada.

Bolehkah ditegaskan, bahasa universal itu sebagai bahasa pemersatu kaum awam?

Gereja itu bukan semata-mata milik tertabis seperti imam dan para uskup. Gereja itu milik semua orang dan sifatnya terbuka untuk siapa saja termasuk kaum awam. Makanya ada tiga komisi Konferensi Waligereja Indonesia yang terlibat dalam panitia Pesparani ini, yaitu Komisi Hubungan Antar Umat Beragama dan Keyakinan, Komisi Kerasulan Awam, dan Komisi Liturgi. Dalam artian ini bisa dibenarkan Pesparani sebagai konsolidasi kaum awam.

Saya mengatakan ini karena saya berpikir banyak orang mulai membaca agenda ini. Bahkan ada yang mengatakan konsolidasi ini semacam “menguatkan barisan” untuk sebuah agenda jangka panjang. Bagi saya wajar saja pandangan ini dan sepertinya diharapkan arahnya menuju ke sana. Tidak salah bila mengatakan kaum awam yang punya potensi dan berkualitas, kita dorong untuk ambil bagian dalam setiap elemen masyarakat.

Menyoal konsistensi peran, apa saja fungsi, kedudukan, dan peran LP3K?

Lembaga ini terbentuk berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 2016 tentang Pembentukkan Lembaga Pesparani. LP3KN sebenarnya sebagai jawaban pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, untuk memenuhi harapan umat Katolik, yang selama ini tidak memiliki sebuah lembaga resmi, yang berfungsi menjadi pelaksana kegiatan-kegiatan pembinaan umat Katolik.

Ini bukan berarti menafikkan apa yang sudah ada dan sudah berkembang dalam Gereja tetapi diharapkan, lewat lembaga ini mampu memberikan nilai tambah, bagi pengembangan iman umat. Jadi LP3K sebenarnya lembaga yang dibentuk berdasarkan prakarsa masyarakat Katolik untuk menggali dan mengembangkan seni budaya Gerejani.

Sesuai kedudukan, tugas dan fungsi, LP3K dibentuk hierarki dari pusat hingga daerah untuk menyelenggarakan Pesparani. Fungsi LP3K adalah menyiapkan, menyeleksi peserta Pesparani. Secara terperinci, LP3K nasional melaksanakan fungsi antara lain; perumusan visi, misi dan ketentuan pelaksanaan pengembangan, serta peningkatan musik Gerejani dan paduan suara Gerejani, menyelenggarakan Pesparani Nasional, pelayanan dan bimbingan kepada LP3K daerah di bidang musik Gerejani, lomba cipta lagu Gerejani, kursus atau penataran, dan sebagainya.

Sebagai Ketua Umum LP3KN, kendala apa saja yang sedang dihadapi menyonsong Pesparani nanti?

Sebagai Ketua Umum LP3KN pertama, tentu masih banyak kekurangan. Salah satunya adalah masalah dana. Meski dari daerah-daerah ada bantuan tetapi kelihatan kebutuhan masih lumayan besar. Tantangan berikut juga adalah pada bulan yang sama ada kegiatan Annual Meeting International Monetary Funds – World Bank Group (IMF-Worldbank) 2018 di Bali. Tentu banyak pejabat yang sibuk dan waktu mereka agak sulit. Tetapi selalu optimis bahwa lewat campur tangan Tuhan, bisa diselesaikan dengan baik. Nah terkait keuangan, saya selalu menekankan untuk dikelola secara profesional. Ini bukan uang pribadi tetapi milik pemerintah maka bisa digunakan untuk kebutuhan Pesparani nanti asalkan bertanggungjawab.

Yusti H. Wuarmanuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here