Belajar dari Bunda Maria

393
Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM (keempat dari kiri) bersama para imam saat hendak memotong tumpeng Pesta Nama Pelindung Paroki Katedral Bogor. [HIDUP/Aloisius Johnsis]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COMPADA Hari Raya St Maria Dikandung Tanpa Noda, setiap orang diteguhkan kembali menjadi seperti Bunda Maria. Maria adalah orang yang tulus dan rendah hati. Ia terus berusaha untuk merawat panggilan yang dipercayakan Allah.

Ungkapan ini disampaikan Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM saat memimpin Misa Pesta Nama Paroki Santa Perawan Maria Katedral Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 8/12. Pada Misa ini, Mgr Paskalis didampingi Kepala Paroki Katedral Bogor Pastor Dominikus Savio Tukiyo, Pastor Mikael Endro Susanto, dan beberapa imam lainnya.

Dalam khotbahnya, ia menjelaskan, Maria adalah pribadi istimewa karena ia adalah Bunda Allah. Totalitas Maria pada Allah dibuktikan dalam penderitaan yang ia alami. Saat melahirkan Yesus, Bunda Maria ditolak oleh orang­-orang sampai harus melahirkan di kandang domba.

Mgr Paskalis melanjutkan, Maria juga harus membesarkan Yesus selama 30 tahun dan menemaninya di kayu salib. Itulah panggilan yang sejati, walaupun dalam penderitaan, panggilan harus tetap dirawat. “Mari kita rawat panggilan kita masing­-masing, dan bergerak bersama untuk mengembangkan paroki ini,” pungkasnya.

Suasana akrab sangat terasa malam itu. Perbedaan usia mulai dari anak-­anak sampai orang tua tidak lagi menjadi penghalang. Mengakhiri kegiatan pesta nama, Mgr Paskalis mengumumkan rencana Sinode II Keuskupan Bogor yang akan dilaksanakan pada tahun 2019.


Aloisius Johnsis (Bogor)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here