Tjilik Riwut : Melampaui Batas Kesukuan

535
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Pembaca yang budiman, pada Majalah HIDUP No. 45 Tahun ke-72, 11 November 2018, dalam Tajuk, kami menulis demikian: “Sejauh ini sudah ada tiga orang dari kalangan Katolik yang diangkat pemerintah menjadi Pahlawan Nasional. Mereka berasal dari jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ketiganya adalah Agustinus Adisoetjipto dari TNI Angkatan Udara, Yosaphat Soedarso dari TNI Angkatan Laut, dan Ignatius Slamet Rijadi dari TNI Angkatan Darat”. Bahwasanya jumlahnya lebih dari tiga orang (Ini sekaligus ralat dan permohonan maaf kami.). Mereka yang lain adalah Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono atau dikenal IJ Kasimo, Karel Satsuit Tubun atau KS Tubun, dan Marsekal Pertama TNI (Hor) Tjilik Riwut.

Nama yang kami sebut terakhir ini (Tjilik Riwut) ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 108/TK/Tahun 1998 pada tanggal 6 November 1998. Ia lahir tanggal 2 Februari 1918 di Kasongan, Kalimantan Tengah dan wafat pada tanggal 17 Agustus 1987. Dalam rangka memperingati 100 tahun alias satu abad Tjilik Riwut (1918-2018), diterbitkan sebuah buku penting yang diberi judul “Kronik Kalimantan”.

Bagi sebagian kalangan, Tjilik Riwut barangkali masih asing namun, bagi masyarakat Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah, sosoknya sangat dikenal. Namanya telah diabadikan menjadi nama Bandar Udara Palangka Raya (Bandar Udara Tjilik Riwut). Ia adalah tokoh sentral dalam menjaga keutuhan Kalimantan dalam bingkai besar NKRI. Presiden Joko Widodo, dalam sambutannya pada buku tersebut menyampaikan pujian dan penghargaan yang tinggi terhadap Tjilik Riwut. “Tjilik Riwut adalah seorang pribadi besar putra Suku Dayak dari Kalimantan yang perjuangannya melampaui batas-batas kesukuan bahkan jauh melampaui kewilayahan Kalimantan. Tjilik Riwut adalah seorang sosok yang sangat berjasa di balik bersatunya Kalimantan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga menjadikan negara ini menjadi negara besar dan penuh keanekaragaman yang berdaulat hingga saat ini.”

Hal inilah yang mendorong kami untuk mengangkat profil Tjilik Riwut dalam Sajian Utama edisi ini. Kesetiaan dan pengorbanannya demi NKRI merupakan harga mati. Apa pun akan dipertaruhkannya demi menjaga keberadaan negera yang diproklamirkan Bung Karno dan Bung Hatta ini. Sewaktu menjabat gubernur, ia diketahui cukup akrab dengan Bung Karno. Teman Bung Karno berdiskusi bagaimana membangun Kalimantan (Kalimantan Tengah). Bahkan gagasan untuk memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Palangka Raya sejatinya berasal dari Tjilik Riwut. Namun, bukan hal itu yang membuat pribadinya sangat relevan dan aktual bagi generasi zaman now (generasi milenial) ini.

Dan, sebagai seorang Katolik, Tjilik Riwut diketahui sebagai orang yang taat menunaikan ajaran imannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah keluarga dan masyarakat luas. Tak jarang ia menyendiri ke tempat yang sangat sepi untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Atau, melakukan laku tapa dengan berjalan kaki mengelilingi Kalimantan atau menelusuri hutan demi hutan di Pulau Borneo tersebut.

HIDUP NO.05 2019, 3 Februari 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here