Paroki Santa Maria Imakulata Kalideres : Merawat Bumi sebagai Rahim

520
Pastor Antonius Radjabana OMI (kedua dari kiri) bersama petugas Dinas Kebersihan Jakarta Barat.
[NN/Dok.Pribadi]
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Semangat menjadi paroki yang hijau mengalir dari spiritualitas Maria yang merawat. Bumi adalah rahim yang sepatutnya kita pelihara.

Sudah hampir setahun lebih Bank Santa Maria Imakulata (Bank Samita) berjalan. Bank Samita adalah bentuk kerja sama antara Paroki Santa Maria Imakulata Kalideres, Jakarta Barat dan Dinas Kebersihan Jakarta Barat. Kerja sama ini dilakukan dalam rangka pengelolaan sampah di wilayah pastoral Paroki Kalideres. Dalam program ini, paroki menggandeng Bank Nasional Indonesia (BNI).

Kepala Paroki Kalideres, Pastor Antonius Radjabana OMI menjelaskan, Paroki Kalideres saat ini memiliki “bank sentral sampah” sendiri. Ini adalah istilah yang mengacu pada sebuah tempat pengumpulan sampah untuk selanjutnya dikelola atau didaur ulang.

Setelah berdirinya Bank Samita, umat paroki dapat bergabung menjadi nasabahnya. Namun, bukan uang yang ditabung di bank ini, melainkan sampah. Pastor Radjabana menjelaskan, setiap umat yang tergabung menjadi nasabah, nantinya akan menyetorkan sampah yang mereka kumpulkan ke paroki. Sampah-sampah ini kemudian akan diambil oleh Dinas Kebersihan Jakarta Barat. “Sejauh pantauan saya sekali angkut untuk satu truk jumlahnya kalau dirupiahkan berkisar Rp 1,7 juta” ujar Pastor Radjabana.

Uang hasil penjualan sampah inilah yang akan disimpan di Bank Samita. Pastor Radjabana menjelaskan, uang hasil penjualan ini kemudian akan langsung disimpan di BNI. “Hal ini mengapa kita perlu bekerjasama dengan BNI,” jelas Pastor Radjabana.

Setelah setahun berjalan, saat ini 159 umat terdaftar sebagai nasabah Bank Samita. Pastor Radjabana menjelaskan setiap umat yang menjadi nasabah Bank Samita, lansung berhubungan dengan BNI.

Pastor Radjabana mengatakan, setiap hari manusia menghasilkan limbah sampah. Produksi sampah tersebut bisa menjadi peluang. Ia mengemukakan, setiap jenis sampah yang dikumpulkan memiliki harganya masing-masing. Ia mencontohkan, sampah plastik memiliki nilai yang berbeda dengan sampah kardus. Nilai uang yang didapat dari penjualan sampah ini ditentukan oleh Dinas Kebersihan Jakarta Barat.

Program Bank Samita ini bukanlah sekadar perkara uang. Pastor Radjabana menuturkan, ada upaya lebih jauh dari itu yakni membangun kesadaran untuk menyelamatkan bumi dan lingkungan dari sampah. “Semuanya sangat gampang, tinggal membuat akun dan aktif membawa sampah ke Bank Samita,” ujar Pastor Radjabana.

Program Bank Samita pada dasarnya merupakan cara membumikan Ensiklik Laudato Si’. Ajaran Paus Fransiskus mengenai lingkungan ini menjadi semangat dasar sekaligus pintu masuk hubungan antar umat beragama. Pastor Radjabana menerangkan, pengolahan sampah dan perawatan bumi sejatinya tidak perlu mengedepankan agama sebab siapa pun dipanggil untuk merawat bumi. “Kita sama-sama menempati bumi sebagai rumah bersama. Kita memiliki martabat yang sama. Kita membutuhkan bumi yang kita diami agar lebih baik. Urusan sampah bukan urusan perbedaan iman ,” tegas Pastor Radjabana.

Dalam konteks hubungan antar umat beragama, Paroki Kalideres membuka kesempatan bagi mereka yang berasal dari kelompok lain. Pastor Radjabana menjelaskan, saat ini ada beberapa umat agama lain yang menjadi anggota atau nasabah Bank Samita. “Tidak ada urusannya dengan iman. Siapa pun bisa menjadi anggota Bank Samita. Daripada kita berbicara perbedaan dan bertengkar karena perbedaan itu mending kita sama-sama berkomitmen untuk merawat bumi yang sudah kian rapuh ini,” jabarnya.

Willy Matrona

HIDUP NO.14 2019, 7 april 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here