web page hit counter
Minggu, 6 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

BAPTISAN JENAZAH

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM ROMO, saya baca di media sosial ada tulisan yang mengulas tentang baptisan jenazah. Bagaimana ajaran Gereja Katolik mengenai hal ini?

Kunto W Pekalongan, Jawa Tengah

BAPTIS terkait dengan iman, sebab merupakan tindakan iman. Iman sendiri merupakan tanggapan atau jawaban manusia atas pewahyuan Allah. Konsili Vatikan II menyebutkan, iman tersebut me­rupakan manusia yang dengan kebebasannya, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dengan kepatuhan akal budi dan kehendak.

Iman dengan demikian adalah penye­rah­an diri manusia kepada Allah. Di dalamnya ada perjumpaan pribadi antara Allah dan manusia, Allah menyapa manusia, dan ma­nusia mendengarkan serta menjawab sa­pa­an dan tindakan Allah. Tindakan Allah tersebut memuncak dalam peristiwa Yesus. Beriman karenanya merupakan tindakan untuk ikut ambil bagian dalam misteri Kris­tus. Konsekuensi dari tindakan iman seperti itu adalah panggilan menjalankan kehendak Allah, dengan mengikuti teladan Yesus. Landasan dasar dan motif yang men­dorong orang untuk sampai pada iman, akhirnya tak lain adalah Allah sendiri.

Penulis Surat Ibrani menuliskan, iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Beriman dengan demikian memuat sikap ketaatan, sebagaimana Abraham, bapa kaum beriman, tanpa ragu menjawab kehendak Allah, memberikan diri kepada-Nya, betapapun belum melihat bukti atas kehendak Allah tersebut, sebagaimana nyata dalam penantian panjangnya akan keturunan. Kita bisa lalu meminjam ungkapan Elisabeth kepada Maria dalam Lukas 1:45. Iman bila demikian adalah tindakan manusiawi, betapapun tidak bisa dilepaskan dari rahmat.

Baptis adalah tindakan untuk ambil bagian dari tata kese­la­­matan Allah. Setelah mendengarkan khotbah Petrus paska Pan­takosta, banyak orang bertanya kepadanya apa yang perlu diperbuat. Petrus menjawab untuk bertobat dan memberikan diri dibaptis (lih Kis 2:37-38). Memberikan diri itu memuat kon­sekuensi masuk ke dalam sengsara dan kebangkitan Tuhan (lih Mrk 10:38).

Lahir baru, itulah kenyataan baptis. Lahir baru tersebut ti­dak saja secara personal, namun dimasukkan pula ke dalam per­sekutuan dengan komunitas Gereja.

Karena itu, baptis karena mengandaikan adanya jawaban bebas dan tindakan kehendak serta akal budi, tidak memungkinkan kalau mereka yang sudah meninggal dibaptis. Kasusnya ber­beda dengan baptis bayi. Bayi yang dibaptis, betapapun mereka be­lum sadar penuh. Sehingga, tindakan kehendak dan akal bu­dinya belum memadai, untuk memberikan jawaban bebas, namun berangkat dari kehendak orangtua, untuk sedini mung­kin mengantar anaknya ke dalam rah­mat sakramental, terinkorporasi ke da­lam Kristus dan Gereja. Orangtua de­ngan melakukan ini menyatakan tang­gung­ja­wabnya atas pendidikan iman anak. Orangtua pun perlu dipersiapkan sebelum pe­ne­rimaan Sakramen Baptis putra-pu­trinya.

Mereka yang dipandang mengalami si­tuasi terminal dalam hidupnya bisa di­mung­kinkan menerima baptis darurat. Tetapi, mereka yang sudah meninggal kita percayakan kepada Allah, yang dalam ke­ra­himan-Nya bertindak menyelamatkan.

Seandainya sudah ada kehendak sebe­lum­nya untuk dipermandikan, namun me­­ninggal dunia sebelum sempat diper­man­dikan, kerinduan akan baptisan itu sendiri dilihat Allah. Ke­selamatan adalah milik Allah, baptis adalah sarana dan tanda, seperti pintu masuk ke dalam keselamatan tersebut. Namun, tidak berarti mereka yang tidak, atau belum, menerima pembaptisan, dijauhkan dari keselamatan. Tindakan penyelamatan Allah juga bekerja di luar itu. Betapapun demikian tidak berarti, pem­bap­tisan tidak perlu bagi keselamatan.

Karena itu, mereka yang sudah meninggal, namun belum di­baptis, kita doakan dan percayakan kepada Allah, karena kita percaya, pintu keselamatan terbuka bagi siapapun yang me­lak­sanakan kehendak Allah, mereka yang berkehendak baik, yang dalam ketulusan dan keterbukaan hatinya memandang kepada Allah.

Pastor T. Krispurwana Cahyadi, SJ Direktur Pusat Spiritualitas Girisonta

HIDUP NO.20, 17 Mei 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles