Bertengkar Secara Fair

565
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Romo yang baik, sudah 10 tahun kami hidup dalam pernikahan, tetapi seringkali kami masih bertengkar. Kami sering bertengkar tidak saja hal-hal yang krusial, tetapi hal-hal sepele yang tak masuk akal. Misal, soal makan dan minum atau soal selera lainnya. Ternyata kami belum secara utuh saling memahami. Romo, bagaimana agar sebuah pertengkaran tidak merusak relasi kami sebagai suami istri?

 Anita, Bekasi

ANITA yang baik, kemarahan, konflik dan pertengkaran adalah dinamika dalam sebuah relasi. Begitu juga dalam perkawinan. Pertengkaran merupakan pengalaman yang tidak terhindarkan. Diperlukan sikap yang bijak menghadapi pertengkaran. Artinya, bersikap secara tepat dan memberikan reaksi secara benar terhadap pertengkaran yang muncul. Berikut ini beberapa hal yang bisa diperhatikan agar dapat bertengkar secara fair.

Pertama, menumbuhkan sebuah bentuk relasi yang sehat. Jika dua orang hidup bersama, sudah pasti bahwa mereka bisa bertengkar mulai dari hal-hal yang kecil sampai dengan hal-hal yang serius. Giliran siapa yang menyiram tanaman, kapan waktu untuk mencuci pakaian, siapa yang bertugas membersihkan meja makan adalah berbagai kenyataan kecil dan remeh tetapi memicu pertengkaran. Sementara hal-hal serius yang dapat menyebabkan kemarahan seperti pemulihan relasi yang kurang harmonis karena konflik hebat yang sudah terjadi atau sikap suami-istri yang suka mengkritik dan cenderung merendahkan pasangan. Cara pasangan bersikap menangani dan mengatasi kemarahan itulah yang membedakan antara hubungan suami-istri yang sehat dari hubungan yang beresiko. Dalam sebuah relasi suami-istri yang sehat, mereka bertengkar dalam atmosfer dialog dan jelas pokok yang dipertengkarkan.

Kedua, berusaha menemukan solusi bersama. Jika satu-satunya keinginan Anda dalam dialog ialah meyakinkan pasangan bahwa Anda benar, maka sudah bisa dipastikan percakapan yang dilakukan ditakdirkan untuk gagal. Konflik hanya bisa diselesaikan, jika Anda sungguh-sungguh tertarik untuk memahami apa yang dipikirkan, dibutuhkan, diinginkan dan dirasakan pasangan. Ini bukan pertanyaan mengenai siapa yang benar. Melainkan bagaimana menemukan solusi bersama.

Ketiga, belajar mendengarkan pasangan. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan dan diinginkan orang lain Anda harus mendengarkan pasangan. Kita sering sekali suka membaca pikiran orang lain. Padahal, satu-satunya cara untuk bisa memahami apa yang dipikirkan orang lain ialah mendengarkan dia. Mendengarkan adalah ketrampilan yang bisa dipelajari.

Keempat, berusaha mengakhiri pertengkaran dengan mengambil jarak. Jika pasangan suami-istri sedang bertengkar, mereka tidak perlu berteriak atau meledak-ledak dengan kemarahan. Dalam konflik, sangat penting bagi pasangan suami-isteri berusaha mengontrol diri. Ketika seseorang sedang marah, ia tidak bisa berpikir jernih lagi. Menyampaikan sesuatu dengan kemarahan atau melalui kata-kata kasar akan menyakitkan dan melukai pasangan Anda. Semakin Anda meledak-ledak dengan kemarahan, semakin intens pertengkaran berlangsung. Pertengkaran tidak akan berhenti jika tidak ada yang mengambil jarak. Dalam pertengkaran selalu butuh dua orang. Tetapi hanya satu diantaranya yang bisa menghentikan pertengkaran. Anda bisa menjadi orang itu. Jika ada dorongan untuk marah, maka segeralah mengambil jarak misalnya dengan menyingkir sejenak dari apa yang membuat Anda marah. Di kemudian waktu, saat situasi memungkinkan, dialog dengan pasangan bisa dilakukan untuk mengklarifikasi.

Kelima, meminta bantuan pihak ketiga. Jika pasangan suami-isteri gagal mengakhiri konflik, maka bantuan pihak ketiga sangat diperlukan. Pihak ketiga tersebut adalah orang yang memang Anda percayai, entah anggota keluarga, sahabat, kolega, atau profesional.

Kemarahan, konflik dan pertengkaran harus dikelola agar dapat mengambil sikap yang tepat dalam mengatasinya. Oleh sebab itu, pasangan suami-istri perlu bertengkar secara fair. Artinya, mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap setiap kemarahan dan konflik yang muncul dalam perkawinan.

Romo Ignas Tari, MSF-Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin/Dok. Pribadi

<<<Box>>>
Silakan kirim pertanyaan Anda ke : [email protected] WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here