web page hit counter
Jumat, 14 November 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mathilda AMW Birowo: Lingkungan Perlu Mendapat Perhatian Semua Elemen

2/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Yayasan Sinergi Perempuan Indonesia (SPI) menyelenggarakan Seminar Nasional dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Indonesia yang jatuh pada tanggal 10 Januari 2025.

Seminar yang bertema  “Sinergitas Sains, Ketahanan Nasional dan Kepemimpinan untuk Merawat Lingkungan Hidup bagi Pembangunan Berkelanjutan” ini menampilkan empat pembicara dari berbagai generasi serta keahlian.

Mathilda AMW Birowo selaku Ketua Yayasan Sinergi Perempuan Indonesia membuka Seminar. Ia menekankan pada keterkaitan tiga unsur penting bangsa yakni lingkungan hidup yang saat ini perlu mendapat perhatian dari segenap elemen, ketahanan bangsa serta kepemimpinan. Ketahanan nasional Indonesia berkembang dan berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman. “Demikian halnya dengan strategi mempertahankan dan meningkatkan ketahanan nasional adalah kewajian dari seluruh lapisan masyarakat dan komponen bangsa guna memperjuangkannya sesuai peran dan kapasitas masing-masing,” jelasnya.

Kepemimpinan berwawasan lingkungan (green leadership)  adalah kemampuan dari seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan dan dapat memengaruhi serta memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan tersebut. Kualitas lingkungan akan menentukan masa depan bangsa dikarenakan berdampak pada kualitas hidup manusia, seperti ekonomi, ketahanan pangan, dan sumberdaya manusia. “Untuk itu Sinergi Perempuan Indonesia mengajak Ibu/Bapak/Saudara sekalian untuk bekerjasama mendukung kebijakan-kebijakan Pemeintah yang prolingkungan, sekaligus juga untuk berani berbicara, memperjuangkan kebenaran, dan meluruskan aktivitas-ativitas yang cenderung merugikan masyarakat.” tegasnya.

Baca Juga:  Muliawan Margadana Terima Penghargaan Pro Ecclesia et Pontifice dari Paus Leo XIV

Menteri Pemberdayaan Perempuan  dan Perlindungan Anak (KPPPA) dalam sambutan yang dibawakan oleh Deputi Kesetaraan Gender mengemukakan bahwa Pemerintah Indonesia melalui KPPPA bekerja sama dengan KLH  telah Menyusun dokumen Rencana Aksi Nasional Gender dan Perubahan Iklim (RAN-GP).

Dokumen ini disusun dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia untuk melaksanakan strategi PUG dalam Pembangunan, khususnya upaya mendorong peningkatan akses dan partisipasi penuh bermakna, dan setara bagi perempuan dalam aksi iklim dan lingkungan hidup.

“Sehingga memastikan perempuan tak hanya menjadi penerima manfaat tapi juga pengambil Keputusan. Selain itu juga mendorong peran anak dan pemuda sebagai agen perubahan dalam mengatasi perubahan iklim serta terlibat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kebijakan iklim dan aksi iklim,” jelasnya.

Ditegaskan pula tentang pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI) yang adalah kelanjutan dari program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak. “Program RBI ini juga menjadi bentuk implementasi kontribusi organisasi Perempuan dalam memperkuat ketahanan nasional, yang mendukung pencapaian Pembangunan berkelanjutan.”

Lingkungan Hidup antara Kebijakan dan Praktik

Narasumber pertama dalam Seminar yang diselenggarakan di Auditorium Perpustakaan Nasional ini adalah Gubernur Lemhannas Ace Hasan Syadzily dengan topik “Konsep kebangsaan dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk memperkuat Ketahanan Nasional”

Baca Juga:  Di Mana Ada Petrus, Di Situ Ada Gereja: Pesan Hangat Nunsius Apostolik, Mgr. Piero Pioppo untuk Indonesia di Pesta Santo Leo Agung

Dipaparkan peran Lemhannas RI dalam memberikan edukasi kebangsaan berkaitan dengan strategi pengelolaan lingkungan hidup untuk memperkuat ketahanan  nasional. “Ada empat aspek yang disiapkan dan direalisasikan dalam program kerja Lemhannas RI tahun 2025 ini mencakup bidang Pendidikan, bidang Pengkajian, bidang Pemantapan nilai-ilai kebangsaan serta bidang Kurtahnas.

“Strateginya dengan menyusun rekomendasi kebijakan untuk menjamin kualitas linkungan yang baik dengan cara menjaga ketersediaan sumber daya alam, mengurangi risiko bencana dan mendukugn produktivitas masyarakat,” jelasnya.

Prof Stella Christie (kanan) menyampaikan materi secara daring.

Selanjutnya Prof Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI mengemukakan tentang “Pemanfaatan Sains secara tepat untuk merawat Lingkungan Hidup dalam Rangka Pembangunan yang Berkesinambungan”.

Ia memberikan contoh-contoh terkini tentang penelitian dari Aceh yang menghasilkan produk-produk kecantikan dalam negeri yang menggunakan bahan-bahan alami Indonesia dan mampu berdaya saing. “Semua itu harus diawali dengan sebuah penelitian. Dengan demikian persepsi bahwa penelitian itu mahal, memakan waktu lama sebetulnya tidak berdasar. Karena pada akhirnya dapat menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat serta meningkatkan ekonomi setempat,” ujarnya.

Materi dilengkapi dengan dua praktisi muda yakni Desak Putu Adhityani Putri, Ketua Policy Center ILUNI UI mengenai Green Leadership dalam Menentukan dan Memobilisasi Kebijakan Pro Lingkungan. Dalam hal ini Desak Putu Adhityani yang adalah Energy Transition Policy Specialist lulusan The Australian National University ini menjelaskan kepemimpinan dengan pendekatan pada perempuan dalam krisis iklim. Kebijakan yang direkomendasikan antara lain adalah memastikan partisipasi Perempuan secara bermakna dalam proses pengambilan keputusan, menjamin akses pendidikan dan pekerjaan serta dukungan institusional guna meringankan beban ganda perempuan.

Baca Juga:  PUKAT Siapkan Pemimpin Bisnis Katolik Berkarakter

Swietenia Puspa Lestari, Founder of Divers Clean Action Indonesia Foundation (Australia Global Alumni) sebagai narasumber keempat  mengangkat Kisah Sukses, Merawat Bumi adalah Tanggungjawab Bersama. Aktivis lingkungan kelahiran 1994 ini merupakan salah seorang dari 100 perempuan penerima penghargaan BBC 2019 serta Forbes 30 under 30 tahun 2020 untuk Social Entrepreneurs.

Lulusan ITB 2017 yang juga penyelam bawah laut ini menekankan bahwa mencintai alam lingkungan harus dimulai dari dalam keluarga. Ia mengembangkan PHINLA (Philippines, Indonesia, Sri Lanka) di Indonesia sebagai lembaga yang antara lain memberi edukasi dari komunitas ke komunitas serta pelajar tentang waste management from home, dan penyusunan single-use plastics publishing modules; meningkatkan penghasilan mereka melalui Bank Sampah.

Seminar yang dipandu oleh Veronica Angelina Windy Hapsari dihadiri secara luring maupun daring dari berbagai lembaga pemerintah, masyarakat dan swasta dalam dan luar negeri. (fhs)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles