HIDUPKATOLIK.COM – “Gula darah saya normal kok, cuma agak naik sedikit. Belum diabetes, jadi santai aja.
Kalimat ini mungkin terdengar biasa. Tapi tahukah Anda, saat angka gula darah Anda “hampir” tinggi, tubuh sebenarnya sedang memberi tanda bahaya? Ya, itulah yang disebut dengan prediabetes — fase awal yang sering diabaikan, padahal bisa diam-diam membawa risiko besar.
Prediabetes Itu Nyata
Prediabetes bukanlah penyakit yang langsung membuat Anda sakit. Justru di sinilah letak bahayanya. Tidak ada rasa nyeri, tidak ada luka, tidak ada demam. Tapi kadar gula darah sudah mulai naik dari angka normal, dan kalau dibiarkan, bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam waktu 5–10 tahun.
Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan lebih dari 10% orang dewasa Indonesia hidup dengan diabetes. Jumlah ini bahkan bisa lebih besar jika menghitung mereka yang belum terdiagnosis tapi sudah berada di tahap prediabetes.
Lebih dari Sekadar Gula
Prediabetes bukan cuma soal angka. Ia berkaitan dengan banyak hal: tekanan darah yang mulai tinggi, kadar kolesterol yang tidak ideal, dan berat badan yang pelan-pelan naik tanpa terasa. Kondisi ini disebut sindrom metabolik—sebuah “paket komplit” yang diam-diam menyiapkan tubuh kita menuju komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, bahkan gangguan ginjal.
Menjaga tubuh sebagai “bait Roh Kudus” (1 Korintus 6:19) adalah panggilan yang tak bisa ditawar. Dan mengenali tanda-tanda prediabetes adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap anugerah kehidupan.
Kapan Harus Waspada?
Coba tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah saya sering merasa cepat lelah?
- Apakah saya sering haus dan lapar berlebihan?
- Apakah saya memiliki riwayat keluarga dengan diabetes?
- Apakah lingkar perut saya melebar?
- Apakah tekanan darah dan kolesterol saya mulai naik?
Jika jawabannya ya untuk lebih dari dua pertanyaan, mungkin sudah waktunya untuk cek gula darah secara rutin. Deteksi dini adalah kunci.
Bukan Hukuman, Tapi Panggilan Hidup Sehat
Kabar baiknya, prediabetes bisa dicegah agar tidak berkembang menjadi diabetes. Bahkan bisa kembali ke kondisi normal. Caranya?
- Perbaiki pola makan – lebih banyak sayur, kurangi gula dan gorengan.
- Aktif bergerak – jalan kaki 30 menit sehari sudah sangat membantu.
- Kelola stres – karena stres bisa “memanaskan” gula darah.
- Konsultasi rutin – dokter atau apoteker Anda bisa jadi sahabat terbaik dalam menjaga kesehatan.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan meresepkan obat seperti metformin, Namun, dalam kenyataannya, tidak sedikit pasien yang menghentikan pengobatan karena mengalami efek samping metformin, seperti mual, perut terasa penuh, kembung, hingga diare, terutama pada awal-awal penggunaan. Hal ini wajar, namun sayangnya banyak yang memilih berhenti tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan.
Padahal,penghentian mendadak bisa mengurangi keberhasilan terapi. Jika mengalami keluhan, jangan ragu untuk berkonsultasi kembalidengan dokter atau apoteker. Saat ini tersedia metformin dalam bentuk pelepasan lambat, yang dirancang untuk melepaskan obat secara perlahan dalam tubuh, sehinggalebih bersahabat dengan saluran dan menurunkan kemungkinan munculnya efek samping tersebut contoh sediaan di Apotek adalah Glucophage XR
Dengan sediaan ini, penggunaan obat menjadi lebih nyaman dan hanya perlu diminum satu kali sehari, sehingga lebih mudah diingat dan membantu meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi. Ini adalah langkah kecil yang bisa memberikan manfaat besar dalam mencegah diabetes dan menjaga kualitas hidup tetap optimal.
Saatnya Bergerak Bersama
Kesehatan bukan hanya soal fisik, tapi juga bentuk pelayanan, bagi diri sendiri, keluarga, dan Tuhan. Ketika kita menjaga tubuh dengan bijak, kita sedang menunjukkan kasih pada kehidupan yang telah dipercayakan Tuhan pada kita.
Mari kita lihat prediabetes bukan sebagai momok yang menakutkan, tapi sebagai kesempatan untuk memulai hidup yang lebih sehat, lebih aktif, dan lebih bersyukur.
Hidup sehat itu panggilan, bukan beban. Yuk, mulai dari sekarang!
Oleh: Dr. apt. Lusy Noviani, MM