Melayani Masyarakat Majemuk

142
Ignatius Teguh Wiyono, Rudy Ronald.
[NN/Dok.Pribadi, HIDUP/Aprianita Ganadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus giat menggalang dialog dengan pimpinan-pimpinan agama di tingkat dunia. Keuskupan-keuskupan di Indonesia pun menempuh berbagai cara agar semangat dialog ini benar-benar tumbuh di lingkungan umatnya. Di Keuskupan Agung Jakarta dialog ini sudah dijalankan oleh umat. Misalnya, Rudy Ronald. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua RT 08 RW 06, Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang Tengah, Tangerang, Rudy Ronald.

Rudy melayani warga yang 85 % beragama muslim dan 15 % agama lain. Awalnya, warga sempat menolak dipimpin ketua RT non muslim. Akan tetapi, setelah melakukan pendekatan, keberadaan Rudy sebagai ketua RT pun dapat diterima warga “ Awalnya canggung, tapi setelah melihat kerja saya mereka menerima. Saya juga sering melakukan pengajian, dan bila Idul Fitri tiba saya adakan halal bihalal bersama” tutur pria yang selama 2004-2010 menjabat ketua lingkungan Maria Goreti 2, Paroki St Bernadet, Ciledug ini.

Bagi Rudy, tugas sebagai ketua RT merupakan panggilan yang harus dijalani. “Ini merupakan bentuk pelayanan saya, bersyukur dapat melayani gereja dan juga melayani masyarakat,“ kata Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) RT 08 RW 06, saat pemilu lalu.

Rudy mengisahkan, ketika terpilih sebagai ketua KPPS ia terkejut. Itu berarti, warga mulai percaya kepada dirinya untuk memimpin dan melayani warga yang mayoritas Muslim. “ Apalagi saat pemilu sedang puasa, dan dari belasan panitia hanya tiga orang termasuk saya yang non muslim, sisanya muslim. Kita saling menghormati dan semua berjalan lancar tidak ada masalah,” cerita Rudy yang baru menjabat sebagai ketua RT sejak 2012 ini.

Hal serupa juga dialami Sekretaris RT 12, RW 06, Kelurahan Pondok Aren, Kecamatan Pondok Aren, Banten, Ignatius Teguh Wiyono. Umat Paroki St Matius Penginjil Bintaro ini menuturkan tugas melayani masyarakat adalah bentuk pelayanan sebagai anggota Gereja. “Saya merasa diberkati Tuhan, hal ini mendorong saya untuk melayani sesama tanpa melihat latar belakang,” tegasnya.

Sebagai warga yang hidup di tengah-tengah umat Muslim, Ignatius tidak lupa memberi perhatian kepada mereka. Sejak 2006 terpilih sebagai sekretaris RT, Ignatius mengagas halal bihalal khususnya ketika umat Muslim mengadakan sholat Ied. Saat umat Muslim menggelar sholat Ied, umat non Muslim menyiapkan makan dan segala sesuatu yang dibutuhkan. Setelah itu, mereka makan bersama dan saling bersalam-salaman.

Pengalaman lain berkomunikasi dan menjalin relasi dengan umat lain juga turut dirasakan ketua Seksi Lingkungan Hidup Paroki St Servatius, Kampung Sawah, Bekasi, Paula Ruliati Puji Lestari atau yang akrab disapa Ruli. Tinggal di lingkungan yang hampir 80 % warga umat Katolik, justru mendorong dirinya untuk “keluar” dan menjumpai umat agama lain “Saya harap orang Katolik keluar dari zona nyaman dan berani untuk bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Perbedaan itu indah,” tegas Ruli.

Ia aktif memberi pelatihan “Mengolah Sampah Menjadi Berkah” kepada warga Muslim di kelurahan Jati Melati dan Jati Murni, Bekasi. Rupanya, inisiatif baik Ruli ini disambut oleh Lurah setempat. Perempuan yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah SD Tarakanita 3, Patal Senayan ini menuturkan keinginan keluar dan berjumpa dengan umat agama lain didasari atas perintah Yesus untuk menjadi garam dan terang dunia. “Saya ingin keluar dari zona nyaman, bertemu dengan orang lain dan berbuat baik kepada mereka,” ceritanya.

Celtus Jabun, Aprianita Ganadi

HIDUP NO.30, 27 Juli 2014

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here