Renungan Selasa, 29 Agustus 2017: Nyanyian Zaman

386
[www.cigamnredom.com]
4/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – PW. Wafatnya St Yohanes Pembaptis; Yer 1:17-19; Mzm 71; Mrk 6:17-29

PADA 1949-an, penguasa komunis di Polandia mulai membangun Nowa Huta di Timur Kota Krakow, sebagai “surga para pekerja”. Di situ “tidak ada Allah, tidak ada gereja; yang ada hanyalah keriangan dan hiburan”. Namun, pada malam Natal 1959 yang dingin, Karol Wojtyla, Uskup Auksilier Krakow, “mengubahnya”. Dengan meneladani keberanian St Yohanes Pembaptis untuk “masuk ke kubu lawan”, Mgr Wojtyla bersama ribuan umat merayakan Misa Malam Natal di lapangan terbuka Nowa Huta untuk “minta Rumah Tuhan”. Hal itu dilakukannya setiap tahun.

Baru pada 15 Mei 1977, sebuah gereja berhasil didirikan. Ia dinamai Arka Pana ‘Bahtera Tuhan’. Nowa Huta pun mulai berubah. Tahun 1981-1983-an, kota itu menjadi benteng terkuat gerakan anti-komunis. Spirit Yohanes Pembaptis menjadi hati nurani dan pemicunya. Arka Pana, tempat para aktivis berlindung, menjadi markas gerakan. Dari situlah, komunisme Polandia dan internasional mulai diruntuhkan.

Dalam Injil, Yohanes Pembaptis adalah sosok yang setia kepada Allah dan hukum-hukum-Nya. Yang diwartakannya adalah “pertobatan dan pemberian diri kepada Allah agar dosa-dosa diampuni” (lih. Mrk 1:1-4). Maka, keberanian menguak dan mengorek dosa menjadi utama. Dalam hal ini, Yohanes Pembaptis berani mengutamakan suara Roh Ilahi ketimbang suara manusia. Itulah perbedaan dia dengan Herodes, yang lebih mendengarkan rayuan penolakan hati nurani dari ‘herodias’ atau “nyanyian (Yun. oides) kepahlawanan (Yun. heros) zaman”. “Menolak hati nurani (untuk mengikuti zaman) itu membuat iman kandas,” ujar Paulus (lih 1 Tim 1:19).

Henricus Witdarmono

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here