Bhakti Luhur Segera Digusur

3420
Anak-anak SLB Bhakti Luhur Jakarta di Ruang Terapi Motorik SPRABK Bhakti Luhur Jakarta.
[HIDUP/A. Nendro Saputro]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Kemeriahan pesta perak Panti Rehabilitasi Bhakti Luhur Jakarta terganggu. Akhir Desember 2017, gedung yang menaungi mereka selama 20 tahun akan dibongkar untuk proyek jalan tol.

Rabu, 4/10, di aula Sekolah dan Pusat Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus (SPRABK) Bhakti Luhur Jakarta yang beralamatkan di Jl. RE Martadinata No. 50 Ciputat, Tangerang Selatan, Banten digelar perayaan hari ulang tahun ke-25 Yayasan Bhakti Luhur Jakarta. Misa dipimpin Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo didampingi Pembina Bhakti Luhur Jakarta Romo Yulianus Puryanto SCJ dan sembilan imam.

Perayaan hari itu juga dimeriahkan dengan aneka penampilan tari dan musik. Itu adalah persembahan anak asuh Bhakti Luhur Jakarta yang tinggal di Wisma Lebak Bulus, Pamulang, Pondok Cabe, Kawasan Education Center Sektor 3.3, Cilincing, dan di SPRABK Bhakti Luhur.

Di tengah kemeriahan acara, sebenarnya mereka sedang dilanda kesulitan karena gedung SPRABK Bhakti Luhur yang dijadikan tempat acara hari itu, akan dibongkar untuk proyek Jalan Tol Cijago-Cinere-Serpong pada akhir Desember 2017. “Hari ini, kami masih bisa bersukacita dan merayakan Misa Syukur di tempat yang penuh kenangan ini. Perayaan ini sekaligus momen perpisahan kami dengan tempat ini,” ujar Ketua Yayasan Bhakti Luhur Jakarta Sr Cicilia Rukiyah ALMA.

Hibah Dermawan
SPRABK Bhakti Luhur dirintis para Suster ALMA pada 1991. Para Suster ALMA yang berpusat di Malang ini sudah biasa tinggal, merawat, serta mendidik ABK. Di Jakarta, awalnya mereka bergabung dengan Dian Grahita. Karena misi berbeda, mereka kemudian memisahkan diri dan mendirikan Yayasan Bhakti Luhur Jakarta. “Kami menangani dan menampung ABK yang kondisinya berat, yang tidak diterima orang atau tertampung di SLB lain,” ujar Sr Cicilia ketika ditemui di kantornya, Kamis, 12/10.

Sekitar tahun 1995, mereka mendapat hibah tanah seluas 7.000 meter persegi di Cipayung, Ciputat. Adalah Benny Soemampow yang menyumbangkan tanah itu. Setahun kemudian, mereka mendapat bantuan Misereor lewat perantara Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Berkat bantuan ini, pada 1996 bangunan empat lantai SPRABK Bhakti Luhur, Wisma Patmos, dan Kartini dapat berdiri. Sekitar 50 ABK ditampung di dua wisma itu untuk memudahkan rehabilitasi. Mereka tinggal bersama para Suster ALMA. “Kami tinggal serumah dan semeja makan dengan para ABK. Kami merawat anak-anak tersebut,” papar Sr Cicilia.

Para Suster ALMA memang dikenal memiliki spiritualitas menjadikan para ABK asuhannya sebagai “tuan dan majikan”. Spiritualitas ini datang dari pendiri mereka almarhum Romo Paul H. Janssen CM yang mengajarkan bahwa ada Allah dalam diri para ABK yang dilayani.

Pada 27 Juli 1997, SPRABK Bhakti Luhur selesai dibangun dan diresmikan. Untuk mendukung aktivitas rehabilitasi dan pendidikan dibuat juga Ruang Fisioterapi, Speech Terapi, Autis Terapi, dan Sensori Integrasi. Juga disiapkan Ruang Kesenian; Keterampilan Memasak, Menjahit, Pelatihan Salon Kecantikan, Kerajinan Tangan, Melukis, dan Membuat Tempe; Klinik Dokter, Aula serta Kapel untuk pendukung pendidikan. Sejak SPRABK Bhakti Luhur berdiri, banyak masyarakat umum di sekitar tempat itu tertarik pula menyekolahkan anak mereka di tempat tersebut.

Memanusiakan Manusia
Kini, SPRABK Bhakti Luhur melayani 300 ABK dengan rentang umur tiga sampai 35 tahun dengan kekhususan tunagrahita, tunanetra, tunarungu, tunaganda, tunawicara, tunadaksa, autisme, hiperaktif, down syndrome, epilepsi, hidrocephalus, microcephalus, dan cerebral palsy. Sebagian besar anak didik adalah anak-anak yatim piatu asuhan Panti Bhakti Luhur Jakarta yang berjumlah 250 orang. Sedangkan 50 murid lainnya berasal dari masyarakat sekitar Ciputat.

Para murid SPRABK Bhakti Luhur dalam keseharian mengikuti pendidikan sesuai kurikulum SLB, juga mendapat perawatan sesuai kebutuhan ABK. Lewat pendidikan itu diharapkan para ABK dapat dimanusiakan dan belajar seperti masyarakat pada umumnya. Bagi murid yang tidak memiliki kekhususan berat akan mendapat pelatihan kesenian dan keterampilan. Hasil olahan dari keterampilan dipasarkan dalam bazar, pun pameran di masyarakat juga di gereja-gereja. Untuk mendukung rehabilitasi, para ABK didampingi 30 guru, 20 suster ALMA, dan 120 pengasuh serta karyawan.

Dalam hal kerohanian, khusus anak panti, mereka ikut rutinitas para Suster ALMA dalam doa pagi, doa sore, doa malam, dan Misa di kapel setiap dua minggu sekali. Untuk murid-murid beragama non Katolik yang tidak tinggal di panti, pendidikan kerohanian diserahkan kepada orangtua mereka. “Kami menanamkan sisi kerohanian, sebab dengan berdoa kepada Tuhan, pasti Tuhan akan mendengar doa anak-anak ini,” tegas Sr Cicilia.

Akan Digusur
Pada Mei 2013, SPRABK Bhakti Luhur mendapat surat dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) yang memberitahukan bahwa lahan mereka akan digusur untuk proyek jalan tol. Menyikapi hal ini, SPRABK Bhakti Luhur lalu mencari kebenaran isi surat dan solusinya dibantu KAJ dan Paroki St Barnabas Pamulang. Mereka, juga meminta arahan dari Pemimpin Kompas Gramedia Jakob Oetama dan akhirnya dibantu untuk bertemu langsung dengan pimpinan Kementerian PU.

Usaha itu berhasil. Mereka bisa bertemu langsung Menteri PU Djoko Kirmanto dan mendapat kejelasan bahwa lahan mereka akan digusur untuk proyek jalan tol. Pihak PU kemudian memberi tawaran untuk menyiapkan lahan dan pembangunan gedung. Namun, tawaran itu ditolak. Setelah berkonsultasi dengan Romo Janssen CM, mereka lebih memilih untuk mendapat ganti rugi uang supaya bisa membangun gedung sendiri yang berkualitas dan sesuai kebutuhan ABK. “Akhirnya kami mendapat ganti rugi, namun anggarannya tidak cukup untuk membeli tanah dan membangun gedung seperti gedung yang sebelumnya,” ujar Sr Cicilia.

Untuk mengatasi kekurangan, mereka berencana membangun di kompleks Bhakti Luhur Cirendeu. Di tempat itu, masih ada lahan kosong seluas 1.500 meter persegi. Sayang, upaya mereka ditolak warga setempat karena dirasa akan mengganggu aktivitas warga dengan kemacetan jalan dan teriakan para ABK. Setelah memutar otak, mereka akhirnya berencana membangun gedung di kompleks Bhakti Luhur Citra Raya, Tangerang. Namun, waktunya sudah mulai habis. Kini mereka cemas, karena waktu pembangunan terlalu mepet, padahal gedung lama akan dibongkar pada akhir Desember 2017. “IMB saja baru dirintis. Sementara waktu pembongkaran kurang tiga bulan lagi, dan itu tidak cukup untuk pembangunan gedung baru. Kami cemas menghadapi hal ini,” tutur Sr Cicilia.

Awal Oktober 2017, tepatnya, Kamis, 12/10, Wisma Patmos dan Kartini sudah mulai dibongkar. Beberapa anak-anak panti yang tinggal di wisma itu sudah dipindah ke Wisma Sinar Pamulang dan Cirendeu. Mereka harus rela tinggal berhimpitan dan menyimpan pakaian mereka di kardus karena saat proses pemindahan, lemari, meja, tempat tidur, dan kursi mereka yang sudah uzur malah rusak.

Kini, Sr Cicilia berharap agar IMB pembangunan di Citra Raya bisa mudah diurus sehingga gedung baru bisa lekas dibangun. Apabila gedung belum selesai pembangunannya, mereka akan berusaha mencari tempat tinggal sementara untuk para ABK supaya bisa hidup layak. “Jika belum selesai, untuk mengatasinya anak-anak akan dititipkan di rumah umat. Sayang, hingga kini, kami juga belum mendapat rumah sementara itu,” pungkas Sr Cicilia.

A. Nendro Saputro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here