Dosa: Pokok Persoalan

116
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com Am. 7:10-17; Mzm. 19:8,9,10,11; Mat. 9:1-8

AKHIR dari episode Gadara sebenarnya adalah penolakan terhadap Yesus. Ketika mendengar apa yang terjadi, maka seluruh kota, yang dimaksud di sini adalah penduduk Kota Gadara, keluar mendapatkan Yesus dan mendesak Dia supaya meninggalkan daerah mereka (8:34).

Pengusiran setan tidak menghasilkan penerimaan tetapi penolakan! Oleh karena itu, Yesus “naik ke dalam perahu lalu menyeberang…dan sampailah Ia ke kota-Nya sendiri” (9:1). Sampai di sana, sekali lagi Ia bertemu dengan orang-orang yang membawa seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya.

Sekali lagi kata-kata yang keluar dari mulut Yesus hanyalah “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (ay. 2). Di hadapan seorang yang sedang menderita kelumpuhan, kata-kata Yesus itu sepertinya tidak secara langsung menanggapi persoalan.

Tetapi, sebenarnya Yesus sedang langsung ke pokok persoalan: penderitaan itu dianggap sebagai wujud dari dosa. Pengampunan yang diberikan Yesus sama dengan mencabut akar persoalan. Namun, persis kata-kata itulah yang dipersoalkan oleh beberapa pakar Taurat yang biasanya memang beroposisi dengan Dia.

Mengetahui pikiran mereka, Yesus langsung unjuk diri. “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”, lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (ay. 6).

Lalu? Firman Yesus tidak hanya berkuasa atas penyakit, setan yang merasuki manusia, tetapi juga berkuasa atas dosa. Terhadap peristiwa itu, dikatakan bahwa orang banyak menjadi takut lalu memuliakan Allah. Kita?

 

Pastor Dr. V. Indra Sanjaya
Dosen Kitab Suci Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here