Paduan Suara Deo Gratias : Menggali Akar Musik

482
Anggota Paduan Suara Deo Gratias.
[NN/Dok.Pribadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Banyak kaum muda yang meninggalkan pelayanan di dalam Gereja. Deo Gratias (DG) merupakan wadah bagi kaum muda belajar melayani melalui musik Gereja.

Hening terasa pada detik-detik awal Konser Paduan Suara Deo Gratias di Gereja Paroki St. Laurensius Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Minggu, 3/3. Sekitar 500 umat yang hadir begitu antusias mengikuti konser yang bertajuk “Sabda Allah Terang Bagiku” ini.

Konser yang terbagi atas dua sesi ini menyuguhkan 18 lagu. Pada sesi pertama terdapat 10 lagu dinyanyikan mulai dari lagu. Sedangkan sesi kedua mereka membawakan delapan lagu.

Ketua Paduan Suara Deo Gratias Felicia Marissa mengungkapkan, pihaknya mengemas konser kedua ini dengan narasi. Sebelum sebuah lagu dinyanyikan, ada pembacaan Kitab Suci. “Narasi bertujuan agar umat memahami isi lagu. Dengan demikian konser ini bukan sekadar bernyanyi tapi juga untuk mewartakan Sabda Allah,” ujarnya.

Kelompok Sepuluh
Gereja Katolik sangat kaya akan musik. Kekayaan tersebut harus dijaga dan diwariskan dengan baik lebih-lebih kepada kaum muda. Hal itu menjadi permenungan Felicia yang sudah lama aktif dalam kelompok mazmur di Paroki Laurensius Alam Sutera. Dalam suatu kesempatan, ia membagikan permenungannya tersebut dengan teman-temannya.

Ternyata, mereka memiliki pergulatan yang sama. Mereka yang saat itu terdiri dari sepuluh orang, sepakat membentuk paduan suara bagi anak muda di Paroki Alam Sutera. Sejak awal pembentukan, Felicia berusaha hanya merekrut anak muda sebagai anggota. “Kami merangkul mereka agar terlibat dalam kegiatan Gereja melalui paduan suara. Selain itu, kami juga ingin menghapus stigma bahwa kaum muda menarik diri dari kegiatan gereja,” kata Felicia.

Sepuluh anak muda nekat ini mulai berlatih bersama. Felicia mengingat, kadang hanya separuh dari jumlah anggota yang datang. Namun begitu, mereka tidak menyerah. Kesepian yang awalnya dialami, lambat laun berganti menjadi berkah. Kelompok sepuluh itu pelan-pelan bertambah dengan kehadiran anggota baru.

Seiring waktu, mereka mulai memikirkan nama yang tepat bagi kelompok paduan suara ini. Muncul berbagai spekulasi hingga akhirnya mencapai benang merah tepat pada 18 Mei 2015. “Saat itu entah apa yang ada dalam benak kami, tiba-tiba kami bersepakat, Deo Gratias (DG) adalah nama yang tepat bagi kelompok paduan suara ini,” jelas Felicia.

Musik yang Serius
Sejak itu, PS Deo Gratias menjadi wadah bagi kaum muda untuk menggali musik gereja. Pelatih PS Deo Gratias Rodyanta Suryathyo menilai, anak-anak yang tergabung sebagai anggota, mereka memiliki potensi yang besar. Ia mengakui, sempat curiga pada keberlanjutan PS Deo Gratias saat pertama kali mengundangnya sebagai pelatih. “Karena mereka anak muda semua maka saya menilai mereka hanya main-main saja. Sayakan hanya mau mereka yang serius bermusik,” jelasnya.

Setelah mengikuti berbagai sesi latihan bersama, Rody begitu akrab disapa, akhirnya melihat keseriusan anggota. Banyak dari mereka yang memiliki bakat musik. Sebagian besar anggota juga ikut dalam serangkaian kursus musik. Mulai saat itulah, ia serius memberi latihan. “Awalnya latihan hanya sekali sebulan. Akan tetapi karena melihat keseriusan tersebut, latihan dijalani dua kali sebulan,” ujar salah satu juri pada Pesparani Nasional di Ambon 2018 silam.

Latihan mulai dilakukan secara teratur dengan membuka kelas vokal dan kelas teori. Setiap anggota dengan tekun mempelajari not balok. Hal ini penting karena lagu-lagu yang mereka pelajari adalah lagu-lagu lintas zaman. Rody menyebutkan, PS Deo Gratias berusaha mendalami Gregorian hingga musik kontemporer. Menurut Rody, usia PS Deo Gratias yang masih muda mengandaikan mereka perlu diperkenalkan beragam jenis musik sejak awal. Sebagai anak muda mereka harus memahami dasar-dasar itu dulu. Mereka perlu menggali akar musik. Karena musik yang sekarang adalah pecahan dari musik-musik sebelumnya,” jabarnya.

Senada dengan itu, Felicia menjelaskan, mempelajari musik-muik awal akan membentuk karakter musik yang serius. Hal ini menjadi modal bagi PS Deo Gratias saat melayani di gereja.

Felicia merasa bangga, meski dalam usia masih muda, PS Deo Gratias sudah dipercaya untuk menjadi ‘bintang tamu’ dalam konser “Sing Out With Joy” di Paroki Gereja St. Thomas Rasul, Bojong Indah pada 1 Oktober 2016. Selain itu PS Deo Gratias juga pernah mengadakan konser sendiri menyambut ulang tahun ke-2 bertajuk “Praise Christ the King” pada 25 November 2017. Kiprah mereka yang terakhir adalah menggelar konser yang bertajuk “Sabda Allah Terang Bagiku.”

Prestasi PS Deo Gratias dalam lomba juga tidak mengecewakan. PS Deo Gratias berhasil meraih juara I pada Christmas Choir Competition pada 17 Desember 2016 yang diselenggarakan oleh Mal Alam Sutera, Banten. Setahun kemudian pada September 2017 PS Deo Gratias meraih medali perak untuk kategori Musica Sacra dalam “Penabur International Choir Festival.”

Memberi Diri
Dalam pelayanannya, PS Deo Gratias memiliki visi melayani Tuhan, Gereja dan sesama, lewat lagu-lagu pujian dengan penuh semangat, iman, dan cinta kasih. Kelompok ini ingin menumbuhkan kecintaan Orang Muda Katolik (OMK) akan musik liturgi. Dengan menanamkan nilai kedisiplinan, kemandirian serta meningkatkan kepercayaan diri para anggotanya, Felicia meyakini bahwa anak muda pun dapat mencintai musik liturgi.

Pembina PS Deo Gratias, Teddy Tjandrajana menjelaskan, PS Deo Gratias dibentuk untuk menanamkan pengorbanan dalam diri anak muda melalui pelayanan dalam kehidupan sehari-hari. Spirit ini diwariskan dari St Deo Gratias sebagai santo pelindung PS Deo Gratias.

Teddy mengisahkan, pilihan menjadikan St Deo Gratias sebagai pelindung berangkat pada kisah hidup orang kudus itu. Ketika tinggal di Roma, orang kudus yang nama sebenarnya adalah Bruder Felix ini, bertugas mengemis makanan dan meminta derma, selama 40 tahun. Sebagai anggota Ordo Fratrum Minorum Capucinorum, Bruder Felix selalu mengucapkan terima kasih dengan menggunakan dua patah kata, yaitu “Deo Gratias” ‘Syukur kepada Allah’. Perkataan itu ia ucapkan kepada siapapun orang yang ia jumpai, baik yang memberi atau tidak memberi derma. “Dengan begitu Bruder Felix dipanggil dengan nama BruderDeo Gratias. Dia dikenal dan terkenal dengan nama itu,” terang Teddy.

Menurutnya, PS Deo Gratias perlu menyadari betapa pentingnya pelayanan melalui pengorbanan secara total termasuk melalui musik. Di tengah kesibukan dan di tengah arus zaman, anggota PS Deo Gratias diajak agar tidak mudah terseret. Begitu banyak kaum muda yang meninggalkan pelayanan di dalam Gereja. “Hendaklah PS Deo Gratias bernyanyi bersama paduan suara malaikat di tengah kebisingan zaman,” harap Teddy.

Willy Matrona

HIDUP NO.13 2019, 31 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here