HIDUPKATOLIK.COM – Di banyak paroki seluruh Indonesia setiap tahunnya sejumlah orang dewasa menyambut komuni pertama. Gereja menghendaki mereka yang akan menyambut komuni pertama dipersiapkan sebaik-baiknya melalui katekese. Dalam masa persiapan ini mereka perlu dibimbing agar secara bertahap dapat mengetahui, memahami, menghayati, dan mewujudkan iman Katolik dalam hidup mereka.
Persiapannya harus diusahakan secara optimal supaya mereka sungguh terbantu dalam memberi jawaban atas tawaran keselamatan ilahi, menyatakan pertobatan, memberi pengakuan iman secara bebas dan ambil bagian dalam persekutuan Gereja Katolik, khususnya dengan Gereja setempat asal mereka.
Sekurang-kurangnya ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam praktik katekese terkait persiapan komuni pertama orang dewasa ini. Pertama, proses dan tahap-tahap yang baik agar para katekumen menyambut komuni dengan iman yang benar. Kedua, pokok-pokok ajaran Gereja yang komprehensif sebagai materinya. Ketiga, pendamping yang cukup kompeten dan menguasai seluruh bahannya.
Buku berjudul Marilah dan Kamu akan Melihatnya (Yoh 1:39) ini merupakan hasil revisi buku aslinya yang telah dipraktikkan selama enam tahun di Keuskupan Banjarmasin. Materinya terdiri atas 35 tema yang diajarkan dalam 35 kali pertemuan. Diawali tema “Motivasi Menjadi Orang Katolik”, diakhiri “Pelayanan dalam Gereja Katolik”.
Berbeda dengan buku-buku sejenis, materi buku ini memperhatikan empat masa dan tiga tahap dalam pendampingan.
Pertama, masa pra-katekumenat untuk para simpatisan. Tahap 1: Upacara pelantikan menjadi katekumen atau simpatisan. Materi pertemuan 1 dan 2 bertujuan untuk menumbuhkan dan memantapkan motivasi menjadi katekumen.
Kedua, masa katekumenat untuk para katekumen. Tahap 2 : Upacara pemilihan sebagai calon Baptis. Materi pertemuan 3 – 21 bertujuan menyadari iman, pokok-pokok iman Katolik dan mengajak mengalami hidup Kristiani.
Ketiga, masa persiapan terakhir untuk para calon Baptis yang terpilih. Tahap 3: Upacara Baptis. Materi pertemuan 22 – 30 bertujuan memberikan penyucian dan penerangan Roh Kudus pada katekumen dalam persiapan ini.
Keempat, masa mistagogi atau pendampingan bina lanjut. Materi pertemuan 31 – 35 bertujuan khusus memperdalam iman Baptisan baru agar kian menghayati martabat kekatolikkannya dan mewujudkannya dalam hidup menggereja.
Ada lima urutan pertemuannya.
Pertama, Pembuka: pengantar singkat, lagu pembuka, doa pembuka, dan sharing hasil penugasan pertemuan sebelumnya (alam pertemuan 1 sharing diganti untuk perkenalan). Setelah mendengan sharing atau pelaporan pelaksanaan tugas dari para peserta, pendamping memberikan peneguhan berupa pujian, koreksi, penegasan terhadap sharing, jawaban ataupun laporannya.
Kedua, Mengetahui: menyampaikan tema dan tujuan pertemuan serta menggali pengetahuan dengan tanya jawab langsung, diskusi, bercerita.
Ketiga, Memahami: mengajukan beberapa pertanyaan pendalaman. Setelah peserta menyampaikan jawaban, pendamping memberikan penjelasan menurut ajaran Gereja Katolik.
Keempat, Menghayati: doa spontan mohon bimbingan Tuhan, disatukan dengan doa Bapa Kami. Peserta diharapkan dapat menyampaikan harapan dan permohonannya secara spontan.
Kelima, Mewujudkan: para peserta diminta membangun niat konkret dan melaksanakan tugas yang diberikan Pendamping. Dengan ini mereka diajak membangun kebiasaan (habitus) baru sebagai orang Katolik. Tugas-tugas itu dimaksudkan untuk membantu peserta mewujudkan pengajaran iman dalam hidup mereka. Tugas-tugas diharapkan selalu dilaksanakan sehingga mereka dapat berproses menjadi orang Katolik sejati. Setiap pertemuan diakhiri dengan doa penutup dan lagu.
Buku ini membekali Pendamping calon Baptis dewasa dengan materi yang lengkap dan mendalam. Metodenya yang khas membuat para katekumen bisa berproses dengan baik, lebih terarah, partisipatif, dan dialogis. Kiranya “Buku untuk Pendamping” ini, bersama “Buku untuk Pesertanya (178 halaman)”, memperkaya katekese untuk calon Baptisan dewasa.
J.C Wardjoko (Malang, Jawa Timur)