Olah Rohani Kaum Muda Solo

702
Berserah diri: Anggota Missio Dei berdoa bersama.
[NN/Dok. Missio Dei]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Di tengah padatnya aktivitas, sejumlah orang muda Katolik di Solo menyediakan waktu untuk berkumpul dalam doa. Cap eksklusif justru menjadi tantangan untuk mewujudkan kasih persaudaraan.

Dengarkanlah wanita pujaanku / Malam ini akan kusampaikan / Hasrat suci / Kepadamu dewiku / Dengarkanlah kesungguhan ini / Aku ingin mempersuntingmu / ’Tuk yang pertama dan terakhir…”

Kutipan di atas merupakan penggalan lagu berjudul “Janji Suci”. Kinky menyanyikannya sewaktu melamar Natalee. Lamaran Kinky diterima Natalee, disambut sorak-sorai dan tepuk riuh seluruh anggota komunitas. Peristiwa yang direkam itu diunggah di akun Facebook Catholic Youth Ministry Missio Dei pada Sabtu, 14/1.

Lamaran ini bukanlah kegiatan utama komunitas Catholic Youth Missio Dei, biasa disebut Missio Dei, namun merupakan aktivitas insidental, usai kegiatan rutin mereka doa bersama di hotel Amarelo, Solo, Jawa Tengah.

Selain video, juga ada beberapa foto aktivitas komunitas yang dipajang di akun Facebook tersebut. Menurut ketua Missio Dei Handy Irawan Susanto, hal itu memang sengaja dibuat untuk menarik kaum muda Katolik di Solo agar bergabung menjadi anggota. “Tak hanya Facebook, kami juga menggunakan media sosial lain seperti Twitter dan Instagram,” katanya.

Semangat Doa
Missio Dei dirintis sekitar tahun 2009. Waktu itu, sekelompok orang muda Katolik di Solo mengamati aktivitas kelompok-kelompok doa kharismatik yang tersebar di gereja-gereja Katolik di Solo. Berdasarkan hasil pengamatan, mereka melihat bahwa sebagian besar yang terlibat dalam kelompok doa kharismatik adalah ibu-ibu dan sebagian kecil lagi bapak-bapak. Sementara untuk kaum mudanya tidak ada.

Handy dan beberapa orang muda lainnya lantas berinisiatif membentuk kelompok doa khusus untuk kaum muda. Setelah melewati berbagai usaha, pada Maret 2010, Missio Dei didirikan. Awalnya, anggota Missio Dei berjumlah 10 orang.

Untuk merekrut anggota, selain menggunakan media sosial, Handy dan teman-teman juga gencar melakukan promosi dengan menyebar brosur di gereja. Juga dengan menghubungi pihak sekolah untuk mengajak para siswa bergabung.

Melihat aktivitas kelompok ini, moderator Badan Pelayanan Pembaharuan Kharismatik Katolik (BPPKK) Solo 2008- 2012 Romo J.B. Ibnu Fajar Muhammad MSF menilai positif kegiatan tersebut dan mendorong agar setiap anggota yang sudah bergabung mengajak teman untuk ikut. Sementara, Moderator Missio Dei Romo Paulus Suradibrata SJ mengatakan bahwa Kharismatik Katolik memang cocok untuk anak muda bila dikemas sesuai dengan gaya mereka. Romo Paulus juga mengakui bahwa saat ini, cukup sulit menemukan orang muda yang mau aktif di Gereja. “Melalui Missio Dei, diharapkan anak-anak muda Katolik semakin mengenal ajaran Gereja dan nantinya bersedia aktif dalam kegiatan Gereja,” kata Romo Suradibrata.

Di luar aktivitas doa dua minggu sekali pada Rabu, pukul 19.00 WIB di hotel Amarelo, Missio Deijuga mengadakan olah raga bersama dan kemping. Untuk kegiatan sosial, mereka juga pernah terlibat membagi nasi bungkus untuk masyarakat kurang mampu di sekitar Paroki St Antonius Purbayan, Solo. Pada 2014, komunitas ini juga menggelar seminar bertajuk “Hidup Baru dalam Roh Kudus.”

Tantangan
Untuk melatih kepedulian soasial, Missio Dei membuat program Care Group (CG). Dengan CG, para anggota komunitas dilatih belajar sharing pengalaman iman dan mendalami Kitab Suci. Kegiatan CG ini biasa mereka adalah di rumah salah seorang pengurus.

Saat ini, anggota aktif kelompok ini berjumlah 60 orang, berusia antara 17-38 tahun. Mereka dalah pelajar, mahasiswa, dan karyawan. Menurut Handy, Missio Dei memang tidak menetapkan syarat khusus bagi orang yang ingin bergabung. Komunitas ini terbuka untuk kaum muda Katolik di Solo. Keanggotaannya pun tidak bersifat mengikat. “Kami hanya meminta komitmen dan tanggung jawab dari masing-masing peserta,” ungkapnya.

Secara kuantitatif, anggota Missio Dei terus bertambah. Namun, ada tantangan di balik itu. Kelompok ini pernah dianggap sebagai komunitas eksklusif. Citra eksklusif ini datang dari kaum muda yang belum mengenal komunitas ini. Mereka hanya mendengar cerita dari orang lain. Bagi mereka, citra eksklusif ini malah memacu mereka untuk mengemas kegiatan menjadi semakin menarik. Handy mengatakan, Missio Dei bukanlah kelompok eksklusif yang berisi orang-orang suci. “Komunitas kami ingin merangkul semua orang dan menjadi rumah bersama yang menghimpun kaum muda dari berbagai latar belakang,” jelasnya.

Tantangan lain adalah sulitnya mendapatkan anggota baru. Banyak orang, yang diajak bergabung, memberi alasan tidak terbiasa dengan kegiatan rohani. Sementara yang lain, mengaku tidak punya waktu. Meskipun menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan, para anggota Missio Dei yakin bahwa keberadaan komunitas mereka tidak lepas dari campur tangan Tuhan.

Semula kegiatan Missio Dei diadakan secara bergilir di beberapa gereja di Solo, tetapi tidak berlangsung lama. Karena, sebagian besar ruangan dipakai untuk berbagai kegiatan gereja, seperti rapat-rapat, kegiatan katekese, dan sebagainya. Karena itulah, mereka merncoba mencari jalan keluar, mencari tempat berkumpul.

Lantas, pengurus Missio Dei menemui pemilik hotel Amarelo di kota Solo. Kebetulan, ada anggota Missio Dei yang punya hubungan kekerabatan dengan pemilik hotel tersebut. Permintaan mereka mendapat respon positif dari pemilik hotel. Untuk membiayai sewa ruangan, Missio Deimengumpulkan sumbangan suka rela dari para anggota.

Anna Marie Happy Handayani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here