Paus Penyelamat Kota Abadi

251
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Ia nyaris tak dikenal sebelum jadi Paus. Begitu dipilih menjadi Penerus Takhta St Petrus, ia menyelamatkan penduduk Roma dari aksi kriminal dan beragam bencana kemanusiaan.

Perseteruan dan balas dendam terjadi di lingkungan kepausan menjelang akhir abad IX. Sejak Paus Yohanes VIII (872-882) bertakhta, terjadi kemelut di lingkungan kepausan. Perseteruan terjadi antara dua kubu. Kubu pertama adalah kelompok loyalis Paus Yohanes VIII dan kubu kedua yakni golongan aristokrat pendukung Uskup Porto, Mgr Formosus.

Yang kemudian menjadi Paus Adrianus III, adalah salah satu loyalis Paus Yohanes VIII. Ia bertakhta pada 17 Mei 884, meneruskan takhta penggembalaan Paus Marinus I (882-884). Pada masa Paus Marinus I ini, polarisasi dua kubu yang berseteru kian meruncing. Apalagi konon, Paus Yohanes VIII wafat karena dibunuh para musuhnya. Dengan setia, Adrianus selalu memihak dan mendukung kebijakan-kebijakan Bapa Suci melawan para seterunya. Aksi balas dendam pun terus terjadi.

Paus Adrianus III merupakan pribadi yang latar belakangnya kurang dikenal. Hanya ada keterangan bahwa ia lahir di Teana, Italia, dari keluarga berkebangsaan Romawi. Orangtuanya berdarah asli Roma. Kisah masa kecil dan mudanya tidak diketahui secara pasti. Data- data mengenai keluarga dan perjalanan hidupnya pun sangat minim. Ia baru dikenal ketika naik takhta sebagai Penerus Takhta St Petrus.

Harapan Baru
Ketika Adrianus terpilih menjadi Paus, situasi Kota Abadi diliputi suasana yang begitu mencekam. Perampokan dan berbagai tindak kriminal merajalela. Kondisi ini ditengarai terkait aksi baku balas dua faksi yang berseteru. Paus Adrianus III pun menangkap Mgr Formosus dan antek-anteknya. Hal itu membuat pendukung Mgr Formosus kian gencar memusuhi Bapa Suci.

Kondisi ini amat menghantui rakyat Roma. Demi semangat penegakan kebenaran dan keadilan bagi seluruh rakyat Roma, Paus Adrianus III gencar membasmi kejahatan yang menjamur di Kota Abadi. Aneka upaya pencegahan dan pendekatan penegakkan hukum yang keras ia lakukan demi tegaknya perdamaian bagi rakyatnya. Aksi anti kriminalitas ini menjadi agenda kerjanya yang amat memukau. Karena jasanya itulah rakyat Roma sangat menghormatinya. Ia dianggap pemimpin yang mampu menghalau rasa takut rakyat Roma dan berhasil memberikan rasa damai.

Selain itu, Paus Adrianus III juga dikisahkan berhasil mengatasi kelaparan rakyat Roma. Pada masa kepausannya, Roma dilanda kelaparan. Ia berjibaku mengentaskan rakyatnya dari deraan kelaparan. Berbagai aksi karitatif ia tempuh untuk menyuplai makanan bagi rakyat jelata.

Konon, kelaparan itu juga disertai wabah penyakit endemis yang kian menyengsarakan rakyat. Figur Paus Adrianus III mengemuka berkat kesuksesannya mengakhiri penderitaan rakyat Roma. Bak cahaya terang menghalau kegelapan, ia dipuja sebagai pembawa harapan baru di Kota Abadi.

Legenda Kota Abadi
Meski masa kepausannya pendek, Paus Adrianus III dianggap berjasa besar bagi rakyat Roma. Secara turun-temurun, banyak kisah heroik melegenda dan kian mengharumkan namanya. Tak heran jika dirinya dianggap sebagai Paus yang dekat dengan rakyat. Kisah-kisah kebaikan hidupnya selama bertakhta menjadikan dirinya dihormati sebagai pemimpin yang baik hati, simpatik, dan bijaksana dalam memimpin Gereja–pun setelah wafatnya.

Paus Adrianus III juga sempat berkontribusi pada perbaikan disiplin di kalangan klerus. Ia dikenal sangat tegas dalam mendisiplinkan para gembala umat dan kaum bangsawan. Sikapnya terhadap pelanggaran disiplin klerus menjadi litani kebijaksanaan dan ketegasannya sebagai seorang pemimpin rohani.

Prinsip terhadap penegakan moralitas dan hukum ia pegang sedemikian erat. Paus Adrianus III sangat keras dengan perilaku asusila dan penodaan terhadap nilai-nilai moralitas kristiani di kalangan internal Gereja. Ia tak segan menghukum siapa saja yang melanggar aturan disiplin resmi Gereja, tanpa pandang bulu dan tanpa ampun.

Agenda Terhenti
Tahun 855, Paus Adrianus III diundang oleh Kaisar Charles III (881-887) untuk menghadiri suatu perjamuan bersama di Worms, Jerman. Di balik undangan perjamuan bersama tersebut, Sang Kaisar mengagendakan dua hal yang dianggap urgen untuk dibahas bersama Bapa Suci. Paus pun menilai agenda pertemuan itu merupakan undangan yang sangat penting.

Pertama, pertemuan itu digunakan untuk membahas suksesi Kekaisaran Romawi Suci, yakni mencari dan menentukan siapa yang akan menjadi pengganti Kaisar Charles III. Suksesi tampuk kepemimpinan ini harus dibicarakan dan mendapat persetujuan resmi dari Bapa Suci sebagai pemimpin dunia kekatolikan, yang pada saat itu memiliki justifikasi kekuasaan yang bersifat jasmani dalam pemerintahan sipil dan kuasa rohani dalam gubernatio  Gereja.

Kedua, peningkatan kekuatan tentara Islam dari Turki yang disinyalir sebagai kendaraan untuk memperluas ajaran Islam, menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi dunia kekristenan di wilayah Timur, terutama Tanah Suci. Bangkitnya kekuatan Islam sudah menjadi pembicaraan di kalangan pejabat Gereja, kaum bangsawan, dan raja-raja dari dunia kekatolikan. Oleh karena itu, Kaisar Charles III merasa mendesak untuk mengajak bicara Paus guna menanggulangi ancaman tersebut.

Meskipun jarak Roma dan Worms terbilang jauh, Paus Adrianus III memaksakan diri berangkat. Namun, naas tak dapat ditolak. Dalam perjalanannya ke Worms, Paus saleh dan tegas ini wafat secara tiba-tiba di San Cesario sul Panaro, Modena, Italia Utara, pada September 885. Dicurigai, kematiannya yang mendadak merupakan imbas perseteruan dengan kubu Mgr Formosus. Banyak yang menduga bahwa ia dibunuh oleh kaki-tangan Mgr Formosus ketika sedang menempuh perjalanan menuju Worms. Takhta Kepausan pun lowong hingga terpilihnya Paus Stephanus V (885-891).

Jazad Paus Adrianus III disemayamkan di Altar Basilika Abbaziale di San Silvestro I Papa, Biara Nonantula, Modena. Sejak hari wafatnya, rakyat Roma sudah menghormatinya sebagai pribadi suci. Jasanya yang amat besar pada Kota Abadi terpatri secara mendalam dalam sanubari rakyat Roma. Tak pelak, kultus penghormatan kepada Paus Adrianus III bergema di seantero Roma dan daerah di sekitarnya.

Tradisi penghormatan kepada mendiang Paus Adrianus III terus berlangsung. Cerita-cerita heroismenya terus berkembang dan seolah menjadi mutiara- mutiara kebajikan yang terpancar dari pribadinya. Akhirnya, Paus Leo XIII (1878-1903) secara resmi mempromulgasikan dekrit penggelaran kudus pendahulunya itu.

Pada 2 Juni 1891, Paus Leo XIII menerbitkan dekrit resmi dan menggelarinya Santo. Kaum klerus di Roma dan Modena pun diwajibkan umemperingati kesalehan dan keteladan hidup Bapa Suci Adrianus III setiap 7 September.

R.B.E. Agung Nugroho

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here