Bergerak Bersama, Membalut Luka

784
Ibadat ekumene Pekan Doa Sedunia.
[Dok.HIDUP]
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Keterasingan satu sama lain sudah berlangsung lama, untuk mengatasinya dilakukan lewat doa bersama, merajut persaudaraan di dunia yang terancam perpecahan.

Sejarah tidak dapat dilepaskan dan dilupakan begitu saja. Kehidupan hari ini merupakan hasil dari perjalanan sejarah masa lalu. Demikian halnya dalam relasi. Tak dapat disangkal, relasi antara Gereja Katolik dan Gereja Kristen lain sempat mengalami masa-masa krisis. Tahun ini, Gereja-gereja memperingati 500 tahun Reformasi Martin Luther. Pada 1517 Martin Luther menelurkan 95 tesis yang mendobrak “jual-beli” indulgensi yang terjadi dalam Gereja Katolik.

Peristiwa ini menjadi awal reformasi. Gereja pun terpecah. Gerakan ini menjadi Gereja Lutheran. Tak berhenti, seiring waktu muncul Gereja-gereja lainnya yang memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma. Konflik antar kelompok tidak dapat dielakkan, dan hubungan antar-Gereja terganggu selama waktu yang cukup panjang.

Salah satu pencapaian yang mengagumkan adalah sebuah kerja keras Komisi Lutheran dan Roma Katolik untuk Persatuan pada 1983. Dinamika dalam komisi ini, menghasilkan sebuah pemahaman bersama, yang dituangkan dalam sebuah dokumen berjudul From Conflict to Communion, ‘Dari Konflik kepada Persekutuan’. Dokumen ini memberi inspirasi bagi perayaan 500 tahun Reformasi. Berkat hasil dialog dan dengan pemahaman-pemahaman yang baru, mengenai sejarah dan teologi masing-masing, kedua tradisi Kristen ini mampu memaknai perayaan ini secara baru, dalam semangat ekumenis.

Di Indonesia, kerjasama antara para pemimpin Gereja Katolik dan Protestan sudah sering dijumpai di berbagai kegiatan. Tentu saja, kegiatan-kegiatan kebersamaan ini juga menyembuhkan “luka lama” sebagai bagian sejarah dari perkembangan Gereja dan mempererat silaturahmi antarumat beragama.

Dialog Ekumenis
Tahun ini Gereja-gereja merayakan Yubelium 500 tahun Reformasi Gereja. Menyambut peringatan 500 tahun Lutheran, sejak satu tahun lalu, Gereja-gereja di Indonesia telah berkumpul bersama. Pertemuan bersama ini tidak lain untuk membicarakan bagaimana sejarah reformasi ini dimaknai dengan melihat ke belakang perjalanan panjang selama ini. “Kami membuat tim untuk membahas beragam kegiatan; seminar dan ibadat, serta pembuatan buku sejarah Reformasi,” ungkap Sekretaris Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (HAK KWI), Romo Agus Ulahayanan.

Rangkaian peringatan 500 tahun Reformasi akan dimulai dengan seminar bertajuk “Dari Pembaruan Menuju Rekonsiliasi” pada 31 Oktober 2017. Momen ini akan dipuncaki dengan ibadat bersama pada 7 November. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan di Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Menurut Sekretaris Eksekutif Bidang Keesaan dan Pembaruan Gereja Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Pendeta Sri Yuliana, Dewan Gereja-gereja Sedunia dengan gencar mengajak anggotanya untuk melihat kembali peristiwa pecahnya Gereja pada abad XVI. Perpecahan ini juga dibarengi dengan terpisahnya pandangan teologis, politik, dan tradisi.

Melalui diskusi akan digali berbagai perspektif Gereja-gereja mengenai Reformasi. Gerakan ini ingin melihat potensi perubahan yang mungkin terjadi. “Dialog ekumenis dipandang sebagai cara yang strategis. Diskusi ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan ‘penyembuhan kenangan’. Hal ini merupakan dimensi penting kerja-kerja membangun perdamaian.”

Lebih lanjut, Pendeta Sri menerangkan, bahwa PGI bersama KWI berencana menyambut 500 tahun Reformasi dengan berbagai kegiatan. Selain diskusi, akan ada kesempatan untuk berbagi pengalaman antar-Gereja, juga diskusi teologi di Sekolah-sekolah teologi baik Kristen maupun Katolik. “Tujuannya untuk terus-menerus membarui Gereja-gereja agar semakin menyatu dalam keragaman, serta makin berkomitmen dalam panggilan bersama menyatakan tanda-tanda Injil Kerajaan Allah menghadapi masalah-masalah sosial dan ekologi, serta membangun perdamaian.”

Mendapat Kehormatan
Tim gabungan KWI, Dewan Gereja Kristen Protestan, dan Perwakilan Gereja Ortodoks tahun ini mendapatkan kehormatan dari The World Council of Churches (WCC) dan The Pontifical Council for Promoting Christian Unity (PCPCU) untuk menyiapkan bahan Pekan Doa Sedunia tahun 2019. Tema Pekan Doa Sedunia 2019 adalah “Keadilan, Itulah yang Harus Kau Kejar” (Ul 16:20a). Sekretaris Komisi Liturgi KWI, Romo John Rusae menjelaskan bahwa Komisi Liturgi KWI dipercayakan untuk menyiapkan rubrik “Pengakuan Dosa/Pernyataan Tobat” pada bagian Tata Ibadat Pekan Doa Sedunia tersebut.

Selain bersama-sama dalam menyiapkan bahan Pekan Doa Sedunia, hubungan baik antara KWI dan PGI sudah berjalan cukup lama. Salah satunya dalam bidang liturgi, terutama musik liturgi. Sebagai contoh Buku Puji Syukur (PS) terbitan KWI 1992 menggunakan 51 nyanyian milik Yayasan Musik Gereja Indonesia (YAMUGER); Yesus Lihat Umatmu (PS No.337), Tuhan Ambil Hidupku (PS No.376), Tuhan Kau Gembala Kami (PS No.542), dan sebagainya. Begitupun sebaliknya. Beberapa nyanyian dari Gereja Katolik juga dimasukkan dalam Kidung Keesaan, seperti Hai Makhluk Semua, Hanya Debulah Aku, Tuhanlah Gembalaku, dan lain-lain. Komisi Liturgi KWI dan YAMUGER telah membuat kesepakatan bersama mengenai penggunaan lagu-lagu tersebut dalam pertemuan 11 April 2017. Ada pula kegiatan bersama dalam pengembangan musik Gereja berupa lokakarya dan lomba cipta lagu, seminar, dan pembinaan musik Gereja.

Bergerak Bersama
Pada peringatan 500 tahun Reformasi ini, Romo John berpesan agar tetap bersemangat meningkatkan gerakan ekumenis dengan mengadakan berbagai kegiatan yang ditujukan untuk mendukung kesatuan Gereja. “Semoga berkat rahmat Roh Kudus pada akhirnya dapat tercipta satu Gereja Allah yang kelihatan dan sungguh-sungguh bersifat universal dan diutus ke seluruh dunia untuk mewartakan Injil Allah.”

Sementara Romo Agus menambahkan bahwa kerjasama antar-Gereja telah terjalin. KWI dan PGI bergiliran menjadi tuan rumah untuk pertemuan-pertemuan rutin setiap bulan. Pertemuan ini sekaligus menanggapi bersama isu-isu nasional yang sedang berkembang. “Kita akan mencoba meningkatkan kebersamaan melalui doadoa bersama; serta mencari solusi terkait dengan persoalan-persoalan, seperti konflik antaragama, intoleransi, dan sebagainya,” tuturnya.

Setiap tahun, KWI dan PGI juga menyiapkan pesan Natal bersama. KWI juga mendorong agar kegiatan Pekan Doa Sedunia yang selama ini berjalan, menjadi momen penting bagi seluruh umat Kristiani di Indonesia. Romo Agus berharap, “Umat Kristiani bisa semakin membangun kebersamaan dan kesatuan, serta bergerak menjadi saksi iman di tengah-tengah dunia.”

Marchella A. Vieba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here