Bertolak ke Tempat yang Lebih Dalam

227
Sr Laurentina PI saat mengunjungi keluarga pekerja migran.
[NN/Dok.Pribadi]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Meski jaringan mafia perdagangan begitu luas, cita-cita kita bersama Paus Fransiskus adalah memang menghentikan.

Begitu banyak buruh migran yang akhirnya menjadi korban perdagangan manusia. Mereka dilarang beribadah, kontrak kerja tak sesuai standar, melebihi batas waktu kerja yang ditentukan, tidak mendapat penghidupan yang layak, mengalami penyiksaan fisik dan psikis, dokumen mereka ditahan, dan dipaksa melakukan pekerjaan berbahaya.

Eksploitasi buruh migran sampai pada kerja paksa, perbudakan, perhambaan, pengambilan organ tubuh, dan pelacuran. Dalam kondisi seperti ini, mereka mengalami gangguan jiwa, trauma, cacat seumur hidup, luka batin, bahkan dipulangkan dalam kondisi tak bernyawa lagi. Pastor Ignatius Ismartono SJ, peraih penghargaan Peduli Buruh Migran dari Lembaga Nirlaba Peduli Buruh Migran, mengatakan, Gereja Katolik secara tegas menolak perdagangan manusia. Perhatian akan masalah ini pun sudah lama dilakukan oleh Gereja. Tentang migrasi sudah sejak lama disebutkan, misalnya dalam Konsili Vatikan II.

Romo Is, sapaan akrabnya, juga menambahkan, human trafficking benar-benar melanggar cinta kasih, hukum yang pertama dan terutama. Paus Fransiskus menyebut human trafficking ini sebagai dosa berat.

Kerasulan Anti-Trafficking
Trafficking merupakan bentuk ketidakadilan berantai. Karenanya, Romo Is mengatakan pelayanan pastoral terkait isu perdagangan manusia, kalau lengkap, seharusnya dilakukan untuk menjaga mereka agar tidak menjadi korban ketidakadilan. Lebih lanjut, Romo Is menjelaskan, ketidakadilan itu menimpa mereka pada saat rekrutmen, di mana mereka mengalami pemalsuan umur.

Pada saat mereka menjalani pelatihan, mereka tidak mendapat pelatihan untuk mampu menjalankan keterampilan yang diperlukan sehingga mereka mengalami kegagalan dalam bekerja. “Pada saat dikirim dan ditempatkan untuk bekerja, biasanya paspor mereka juga ditahan untuk menjadi jaminan bahwa mereka tidak melarikan diri. Di tempat kerja yang tidak cocok para pekerja migran mengalami berbagai pelecehan,” kata Romo Is, Jumat, 26/4. Imam yang menjadi Penanggung Jawab Perkumpulan Sahabat Insan ini juga menambahkan dalam perjalanan kembali ke Indonesia, para buruh migran lebih-lebih dulu, harus membayar terlalu mahal, tidak sebanding dengan uang yang mereka peroleh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here