Robert Hadi Koeatmodjo : Meretas Masa Depan Pukat

417
Robert Hadi Koeatmodjo.
[HIDUP/Hasiholan Siagian]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Pukat memiliki cita-cita menghadirkan Kerajaan Allah di dunia lewat tugas perutusannya sebagai profesional dan usahawan di mana pun berada.

Rasa gamang, ragu, dan takut menyergap Robert Hadi Koeatmodjo beberapa saat setelah namanya diumumkan menjadi Ketua Profesional dan Usahawan Katolik (Pukat) Nasional periode 2019-2022 pada Konvensi Nasional (Konvenas) III di Hilton Hotel, Bandung, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Ia limbung. Tulang-tulang sendinya terasa rontok, tak kuat menopangnya berdiri.

Serta-merta Robert meminta istrinya, Maria Fransiska Yanni Saputra, yang duduk di deretan bangku belakang tampil ke podium. Robert bertanya, apakah istrinya mengizinkannya mengemban jabatan pelayanan ini. Setali tiga uang, sang istri pun tidak bisa berkata apa-apa. Walau mungkin berat, Yanni hanya bisa mengamini suara peserta Konvenas. Anggukan istri itu sedikit menguatkan hati Robert.

Namun, sejujurnya, Robert mengakui, ia ingin melarikan diri alias menolak jabatan ini. Ia tidak mau. Pasalnya, usianya memasuki tahun ke-65. “Selama lebih dari 25 tahun saya membantu pastor dan uskup menjalankan tugas pastoral Gereja sebagai umat di keuskupan dengan berbagai tugasdan jabatan,” tuturnya mencoba berkelit.

Robert tidak bisa berkutik. Tugas ini harus diterimanya. Peserta Konvenas sudah bulat mendaulatnya memimpin Pukat Nasional. Sejurus di benak Robert memang terngiang-ngiang adegan sebuah film tentang pengejaran tentara Romawi terhadap umat perdana di Kota Roma. Dalam salah satu adegan, pemeran Yesus menghardik Petrus tatkala ‘Si Batu Karang’ itu hendak melarikan diri. “Mau ke mana engkau, Petrus? Apakah engkau ingin Aku disalibkan untuk kedua kalinya?” Mendengar itu, seketika Petrus bergegas kembali ke Kota Roma.

“Seperti Petrus, saya merasa tertangkap dan tidak mungkin menghindar lagi,” kata Robert dua minggu pasca Konvenas walau hati kecilnya masih berbisik, “Siapalah saya sehingga saya harus memimpin organisasi nasional sekaliber Pukat?” Nasihat Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC turut menguatkan semangat Robert agar melakukan yang terbaik bagi Pukat. “Juga berkat dukungan banyak teman, perasaan gamang, ragu, dan takut itu pun sirna,” ujar Ketua RT/RW 04/06 Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung ini.

Berani Berubah
Pukat bukan nama asing bagi jebolan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Bandung ini. Di jajaran pengurus Pukat Keuskupan Bandung, periode 2016-2019, Robert duduk sebagai penasehat dan Ketua I pada pengurus Pukat Nasional. Justru karena ia cukup tahu dapur Pukat maka ia awalnya agak gemetar. Organisasi para profesional dan pebisnis ini sedang berhadapan dengan Revolusi Industri 4.0 yang mendorong terjadinya disrupsi di berbagai bidang. Disrupsi, term yang belum menjadi perbincangan hangat dalam Konvenas pertama di Surabaya tahun 2012 dan kedua di Jakarta tahun 2015.

“Pukat harus berani shifting, Pukat harus berani berubah. Para milenial membutuhkan guru, senior, pedamping. Mereka berharap Pukat mampu menjadi komunitas yang membangunkan mereka menapaki bisnis di masa depan. Pukat yang selau konsisten dan persisten menggaungkan nilai-nilai Kristiani dalam pekerjaan kita seharihari. Pukat yang antusias menjalankan panggilannya sebagai pemimpin bisnis yang mengupayakan kesejateraaan bersama. Pukat yang setia menjalankan integritas, kredibilitas, dan soliditas,” demikian artikulasi Ferry Yusuf, ketua yang digantikan Robert. Ferry berpesan, “Mari menjawab tantangan masa depan dengan mulai membenahi manajemen dan keorganisasian Pukat. Benahi sistem keuangan dan terus menggaungkan kepemimpinan untuk mencetak sebanyak mungkin entrepreneur muda yang 100% Katolik dan 100% Indonesia.”

Alarm Ferry Jusuf tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Tidak heran, Robert membetulkan posisi duduknya ketika HIDUP menanyakan, ‘Mau dibawa ke mana Pukat ke depan’. Bola matanya menari-nari. “Sebagai ketua yang dipilih lewat Konvenas, saya harus menjalankan amanat Konvenas untuk meningkatkan spiritualitas, organisasi (reorganisasi), dan sinergitas,” jawabnya normatif. “Menyadari bahwa Pukat memiliki tingkat pengaruh yang berarti dalam masyarakat, maka perlu mengajak Pukat untuk terus mengembangkan kepemimpinannya menghayati dan mengamalkan Ajaran Sosial Gereja secara konsisten,” tambahnya.

Dua bulan pasca Konvenas, Robert menggelar rapat kerja Pukat Nasional di Jakarta, Sabtu, 27 April 2019. Ia mengundang semua pengurus Pukat yang direkomendasikan masuk dalam jajaran pengurus Pukat Nasional, dewan pembina, dan dewan penasehat. Selain membicarakan rencana dan program kerja jangka pendek dan jangka panjang, tiga prioritas Konvenas menjadi agenda pembahasan: spiritualitas, reorganisasi, dan meningkatkan sinergitas antar-Pukat Keuskupan dan Pukat Nasional. “Pukat adalah komunitas yang mengajak anggota-anggotanya pertama-tama bersyukur atas karunia Allah lewat telenta dan selalu siap berbagi kepada sesama. Memiliki cita-cita menghadirkan Kerajaan Allah di dunia lewat tugas perutusannya sebagai profesional dan usahawan di mana pun berada. Itulah panggilan dan jati diri Pukat dan tugas ke depan,” ujar Robert.

Robert melihat kegiatan-kegiatan Pukat semisal persekutuan doa, gala dinner fund-raising untuk karitatif, dan bakti sosial kesehatan, tak lain merupakan implementasi penghayatan spiritualitas Pukat. “Itulah yang membedakan profesional dan usahawan Katolik dari yang lain. Setiap profesional Katolik harus mampu menemukan kehendak Tuhan, apapun profesinya. Setiap usahawan Katolik, apapun bisnisnya harus makin bermanfaat bagi lebih banyak orang,” urai ayah tiga anak dan kakek satu cucu ini.

Didikan Ayah
Di mata rekan-rekannya, Robert dikenal sebagai seorang yang ulet dan pekerja keras. “Dia seorang pekerja keras, berdedikasi tinggi, dan komitmennya tidak perlu diragukan. Ia pun seoarang yang rela berkorban. Ia sangat mencintai Gereja dan imannya akan Yesus sangat dalam. Kriteria seorang pemimpin ada padanya,” ujar Michael Utama, salah satu tokoh dan pendiri Pukat pada tahun 1988.

Terlahir dalam keluarga pekerja keras, sejak kecil sang ayah, Koeatmodjo sudah menempa karakter Robert menjadi pribadi yang tahan banting. “Sepulang kerja kantor, papa berjualan di kantin dekat bioskop. Dia sangat disiplin. Hampir tidak ada libur. Kerja keras dan kedisiplinan papa membentuk saya seperti ini. Hal yang sama, saya coba terapkan kepada anak-anak saya dan dalam membangun bisnis kami,” ujar Direktur PT Arta Estetika mengenang masa kecilnya.

Kini, di usianya yang tidak muda lagi, Robert didapuk menakhodai kapal besar bernama Pukat Nasional yang sudah hadir di 21 keuskupan. Dalam logo Pukat, tampak seorang nelayan menebar jala. Waktulah yang akan menjawab: apakah Pukat Nasional akan bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menangkap banyak ikan yang akan dibagikan kepada banyak orang yang lebih membutuhkan? Semoga!

Robert Hadi Koeatmodjo

Istri : Maria Fransiska Yanni Saputra
Anak :
– Arnold Agustian Koeatmodjo
– Laurentia Arnetta Koeatmodjo
– Agnes Astriana Koeatmodjo

Pendidikan :
S1 Teknik Sipil Unika Parahyangan, Bandung

Karier :
Direktur PT ARTA ESTETIKA

Organisasi:
– Ketua Pukat Nasional (2019-2022)
– Penasehat Pukat Keuskupang Bandung (2019-2022)
– Ketua Pukat Keuskupan Bandung (2013-2015)
– Ketua Pengawas Perhimpunan Pemilik & Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS)  ElRolyale, Bandung (2018-sekarang)
– Ketua Nasional Program Pemberdayaan Masyarakat “4BUNDA” (2018-sekarang)
– Ketua Dewan Penasehat Koperasi Jasa BERLIAN (2019-2024)
– Ketua RT/RW 04/06 Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung (2018-2021)
– Anggota KPPS Pilpres/Pileg 2019

Hasiholan Siagian

HIDUP NO.24 2019, 16 Juni 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here